Oleh
Kusuma Ndaru
Mahasiswa Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Apakah manusia bisa menghindari kecemasa dan stress? Cemas danstress aalah muusuh bagi
setiap individu karena menimbulkan perasaan tidak nyaman yang menggangu. Kita dapat
cemas terhadap berbagai hal, dari sesuatu yang nyata sampai hal tidak nyata
dapat membuat manusia mengalami kecemasan.
(meskipun sebagian besar manusia
mengalami kecemasan karena hal yang imajiner dan irasional). Untuk mengetahui
bagaimana kita dapat menhindari kecemasan atau mungkin anda ingin menghapus
kecemasan dari hidup anda.!
Untuk membantu
manusia agar tetap dalam keadaan aman,
Amigdala yang merupakan bagian dari otak manusia bertugas dalam
memonitor lingkungan . Apa pun yang tidak terduga atau tidak dikenal menimpa
manusia, menyebabkan amigdala melepaskan hormon stres “hormon kortisol” yang di produksi oleh gen CYP17 pada kromoson 10,
gen ini membuat sebuah enzim yang memungkinkan tubuh mengubah kolestrol menjadi
kortisol. Hormon kortisol menggangu sistem kekebalan dan dapatmengubah beberapa
fungsi tubuh. ketika banyak hormon kortisol beredar dalam pembuluh darah, maka
manusia akan mengalami kecemasan.
Beberapa ciri kecemasan adalah timbulnya sensasi perut
mulas, jantung berdegup lebih kencang (berdebar) dari biasanya, kepala pening,
keringat dingin, dan napas terburu-buru. Meskipun amigdala dapat bereaksi
terhadap sesuatu yang tidak berbahaya, hormon-hormon tersebut menyebabkan
perasaan waspada dan keinginan untuk melarikan diri. Apa yang terjadi
selanjutnya tergantung pada apakah individu dalam keadaan aman atau tidak aman.
Bila
Rasa aman yang dialami, maka sistem
saraf parasimpatis (Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh
yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak manusia), untuk
meregulasi perasaan khawatir menjadi perasaan ingin tahu, sehingga respon untuk
melarikan diri terhambat. Dan segera amigdala berhenti melepaskan hormon stres
dan memungkinkan kembali ke homeostasis.
Ketika manusia merasa dalam keadaan tidak aman. Sistem
saraf parasimpatis tidak memiliki wewenang untuk mengintervensi. Dengan
demikian, perasaan waspada terus berlanjut. Alarm bahaya pada otak membuat
penilaian yang akurat atas situasi menjadi sulit, jika bukan tidak mungkin,
Ketakutan dapat berubah menjadi panik dan membuat orang kebingungan, bahkan
ketika tidak ada bahaya sama sekali.
Ketakutan akan sesuatu yang irasional, menyebabkan manusia
merasa tidak yakin untuk bertindak dalam mengendalikan situasi. Karena
kurangnya pengaturan secara otomatis, kendali emosi bergantung pada kendali
atas peristiwa yang dapat menyebabkan kebingungan. Kontrol seperti itu lemah,
dan orang itu berpikir, "bagaimana jika ini terjadi" dan
"bagaimana jika itu terjadi?" Pikiran-pikiran seperti ini dapat
memperparah pelepasan hormon stres. Saat kecemasan meningkat, kecemasan hanya
bisa dihindari dengan melarikan diri. Bahkan imajinasi dapat membuat manusia
merasa cemas.
Kita membutuhkan alarm tanda bahaya. Tetapi, kita
membutuhkannya sekedar untuk menarik perhatian kita . Kemudian dibutuhkan
regulasi agar berpikir jernih, dan memeriksa apa yang terjadi. Kita perlu
memisahkan alarm palsu dari ancaman nyata. Ketika ada alarm palsu, kita harus
bisa membiarkannya pergi. Itu sulit dilakukan ketika perasaan khawatir
berlanjut. Di sisi lain, jika ada ancaman, kita tidak bisa menunggu sampai
hormon stres membakar menjadi dingin, tenang, dan mengumpulkan cukup untuk mencari
tahu apa yang terbaik untuk dilakukan tentang hal itu.
Untuk menghasilkan pelemahan alarm sepenuhnya
otomatis, banyak budaya telah melatih pikiran untuk mengaktifkan sistem saraf
parasimpatis secara otomatis. Karena amygdala melepaskan hormon stres setiap
kali ia merasakan sesuatu yang asing atau tidak terduga. Misalnay dalam udaya
islam merek mengembangkan kalimat Istighfar “astagfirullah”, dalam budaya barat
dikenal dengan kalimat “oh My God”. Sedangkan dalam budaya jawa dikembangkan
kalimat “JANCOK”. Gunakan sesuka anda,
mana yang membuat anda nyaman dan dapat meredahkan stress yang sedang kita
alami. Sehingga dapatmengaktifkan saraf
parasimpatis.
Pada akhhirnya siapa yang berkuasa atas tubuh kita? Siapa
yang memerintahkan pengaktifan amigdala, dan siapa yang memutuskan peleapasan hormon kortisol?. Anda
boleh menyebut bahwa gen atau bahkan Tuhan yang berkuaa atas tubuh anda. Akan tetapi
pandangan ini sangat menyesatkan. Kematian seseorang yang dikasihi, ujian
skripsi yanng sudah dekat tidak membuat laporan langsung pada gen atau pada
Tuhan, keduanya adalah stimulus yang diproses di dalam otak.
Kecemasan adalah sebuah reaksi yang sepenuhnya tidak
dikehendaki dan tidak disadari, kita secara naluriah mengandaikan bahwa
biokimia dalam tubuh adalah sumber masalah, sedangkan perilakuadalah
akibatnya, ini adalah pengandaian yang
konyol. Kita lupa bahwa gen atau biokimia dalam tubuh perlu diaktifkan,
kejadian-kejadian diluar tubuhlah yang mengaktifkan gen. Faktor psikologi
mendahului faktor fisik, pikiran menggerkan tubuh, yang pada giliranya
menggerakan biokimia. Tubuh dapat diatur melalui pikiran.
Jadi apakah anda masih ingin menghilangkan kecemasan
dari hidup anda? Atau anda bisa membaca https://caffepena.blogspot.com/2019/01/kunci-kebahagian-yang-kekal.html
untuk mendapatkan kebahagian yang abadi.
1 wicara:
cuma di sini agen jud! online dengan proses yang sangat cepat :)
ayo segera daftarkan diri anda di agen365 :)
WA : +85587781483
Posting Komentar