data-ad-format="auto"

Pentingnya Self-Control - Fenomena Perang Media Sosial G & H

Picture credit: LatestCovers.com

Oleh: Agustina Emasri Sianipar
Alumni Psikologi Universitas Negeri Padang
emasriagustina[at]gmail[dot]com 

Baru-baru ini dunia media sosial dihebohkan dengan Instastory war yang dilakukan seorang sorotan publik berinisial G dengan seorang pegawai bank berinisial H. G menjadi korban sexual harassment oleh seseorang yang menggunakan akun @tristannugrahaw, dimana akun tersebut menggunakan foto dari H.
G kemudian speak up tentang perasaannya menjadi korban sexual harassment disertai dengan adanya foto dari H yang tanpa izin digunakan oleh pelaku. H merasa dirugikan karena mendapat serangan oleh netizen karena dituduh sebagai pelaku sexual harassment. Hal ini kemudian berbuntut panjang. Namun yang ingin saya bahas bukan bagaimana kronologisnya, tapi kepada skenario-skenario yang sekiranya lebih baik jika kedua belah pihak dan netizen dapat menyikapi dengan lebih bijak.

G
SOROTAN PUBLIK:
Apakah seseorang yang menjadi sorotan publik tidak boleh kesal dan marah? Apakah Seorang sorotan publik tidak boleh meledak dan mengamuk kemudian blunder?

Tentu saja. BOLEH.

Setiap orang berbeda-beda tingkat ketahanannya terhadap stressor yang dimilikinya, peluapan emosinya pun berbeda. Ada yang menangis, ada yang tertawa sampai menangis, ada yang tak peduli kemudian tidur dan pas bangun tiba-tiba hati terasa sakit lalu nangis (ini saya, hehe). Begitu juga sorotan publik berinisial G ini. Tentu saja dia boleh mengeluarkan kemarahannya dengan, mencaci, memaki, mengumpat atau berperilaku tantrum sekalipun.
Namun dengan syarat tidak ada yang tersakiti karenanya, dirinya sendiri maupun orang lain. Sayangnya, setelah ke-blunder-an nya, G tidak lantas merasa menyesal dan meminta maaf atas perilakunya yang melakukan name calling “nyet”. G lantas meminta pemakluman atas perilakunya dengan alasan baru saja menjadi korban sexual harrassment. Tak selang berapa lama, G kemudian membuat tulisan di blog pribadinya yang berisi tumpahan kekesalanya dan menjelaskan betapa salahnya H terhadap dirinya. Tentu, ini kurang bijaksana. Mengingat G memiliki followers lebih dari 660K (pada 31 Mei 2018), tentu memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pandangan orang terhadap H. Apakah tindakan yang dilakukan G termasuk spreading hates? Ya.

H
PEGAWAI BANK:
Mari kita fokuskan pada pemilihan kata oleh H di Instastory nya. Menurut saya pemilihan katanya sopan, namun mungkin membuat G terlihat sangat salah sudah memposting foto dari H. H mungkin tidak terlihat bersalah atas tindakannya dengan alasan klarifikasi dan mengembalikan nama baiknya, namun tindakan yang dilakukan oleh H tidak sepenuhnya benar.
H memang memiliki sikap yang sangat terlihat chill dalam menghadapi pesan emosional melalui DM yang dikirimkan oleh G. Menurut saya H memiliki kemampuan membaca situasi yang tinggi, H pasti dapat memperkirakan apa dampak dari pesan oleh G yang sudah bernada emosional sejak awal.
“A little apology won’t hurt either”- balas H.

Yap, dunia akhirnya tau bagaimana cara sorotan publik ini dalam menghadapi masalah.

H merespon setiap pesan dari G dengan cool dan meminta permintaan maaf dari G atas fotonya yang sudah tersebar sebagai pelaku  sexual harrasment. Bukankah semua orang pasti tau jika pelaku Sexual Harrasment tersebut bukan H? Apakah tindakan yang dilakukan H termasuk spreading hates? Ya.

SKENARIO BERBEDA  dan SIKAP NETIZEN:
Skenario 1, H tidak menggunakan kata yang menyinggung G, mungkin netizen tidak kemudian ikut serta membenci G dan memberikan komentar negatif yang semakin menyulitkan baginya.

Skenario 2, G menyesali perbuatannya dan meminta maaf secara tulus terhadap H, kemudian tidak perlu membuat artikel "menggiring opini" di blog pribadinya. Again orang tidak akan semakin membencinya, karena sejatinya percakapan mereka berdua sangat menggambarkan sikap emosional G yang sudah membuat sebagian orang kehilangan simpatik.

Skenario 3, jika tidak ada serangan oleh netizen dan judgement orang terhadap H, mungkin H tidak panik dan terburu-buru memposting.

Betapa mudahnya netizen dalam mencari keburukan orang lain, saya mendapati seseorang di Twitter mengutip cuitan G di tahun 2010 yang bernada abusive. Saya tidak akan menuliskan apa bunyinya, karena G sendiri sudah menonaktifkan Twitter nya. Tapi, tahun 2010? Netizen ini menemukan cuitan G dari sewindu yang lalu? Apa anda sehat??

Hujatan hanya akan memperkeruh suasana hanya semata-mata memuaskan ego netizen. Jujur saja, anda yang membaca artikel ini apa pernah membuat fake account atau bahkan dengan akun asli kemudian melakukan hate comments? 
Kendalikan diri anda, rekan-rekan. Stop spreading hate! 

Semoga pelaku sebenarnya dari pemilik akun @tristannugrahaw tertangkap. Ini pelajaran juga untuk kita masing-masing, dalam keadaan semarah apapun sebisa mungkin berusahalah untuk tidak melakukan tidakan yang akan kita sesalkan di kemudian hari. Tak hanya mereka yang ada dalam konflik tersebut, kita sebagai penonton juga harus memiliki sikap yang sama.


“If you learn self control, you master everything”

-TinS-



0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE