Amri
Alumni Psikologi
Universitas Hasanudin
Masalah terbesar di Indonesia yang pernah penulis dengar bukanlah tingginya angka kemiskinan, tetapi tingginya kesenjangan sosial yang terjadi. Kesenjangan sosial yang dimaksud adalah jauhnya gap antara orang kaya dan orang miskin. Gap yang dimaksud adalah orang kaya di Indonesia terlampau sangat kaya sedangkan orang miskin terlampau sangat miskin. Kalangan yang berada di tengah-tengah terlampau kurang dibanding kedua kelompok yang telah disebutkan tadi. Ditambah lagi kondisi pandemi ini membuat angka kesenjangan semakin melebar. Tetapi kali ini penulis tidak akan membahas mengenai kondisi saat pandemi ini. Kali ini penulis ingin membahas kondisi yang telah lama gejalanya nampak pada era social media, namun semakin meresahkan akhir-akhir ini yaitu munculnya kesenjangan mental.
Istilah kesenjangan mental merupakan istilah yang penulis buat sendiri. Singkatnya kesenjangan mental yaitu kondisi diri (self) dimana terdapat gap atau jarak yang jauh antara real self dengan ideal self. Real self merupakan kondisi dimana individu mempersepsikan gambaran dirinya sendiri berdasarkan apa yang dia punya baik itu yang bersifat materil (Uang, tabungan, rumah , mobil, dll) maupun non materil (Gelar sarjana, skill, dll). Sedangkan ideal self adalah kondisi dimana individu ingin dinilai orang lain dan pencapaian apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Ideal self dibentuk oleh stimulus-stimulus yang ditangkap melalui panca indera. Stimulus yang secara konsisten ditangkap akan di internalisasi dan secara tidak sadar akan membentuk ideal self. Penulis berasumsi bahwa sejak sebelum berkembang pesatnya teknologi, ideal self seseorang dibentuk oleh community terbatas dari lingkungannya, hal tersebut masih belum terjadi kesenjangan mental yang lebar diakibatkan real self orang-orang dalam communitynya cenderung sama dan ideal selfnya cenderung tidak terlalu tinggi.
Memasuki era pertelevisian mainstream, kesenjangan mental yang ada semakin melebar. Ideal self seseorang menjadi semakin jauh diakibatkan tampilan konsisten yang ditunjukkan televisi mainstream. Tampilan tersebut membentuk standart kesuksesan, kecantikan, ketampanan, dll secara lebih luas dan masif. Memasuki era baru yaitu era social media membuat kesenjangan mental makin jomplang. Ideal self yang terbentuk makin gila-gilaan, mulai dari terbentuknya standart kebahagiaan yang sebenarnya relatif seperti standart usia pernikahan, cara menikah, gaya berpacaran, usia kemapanan, gaya berlibur, gaya berpakaian bahkan sampai hal sesimple gaya makan pun dibentuk oleh social media.
Adanya gap antara real self maupun ideal self itu cenderung baik bagi diri seseorang karena akan memunculkan motivasi. Tetapi apabila gap antara real self dan self ideal terlampau jauh atau dengan kata lain kesenjangan mental makin melebar maka akan melahirkan rasa frustasi, perasaan insecure, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Khususnya pada usia-usia ingusan yang baru memulai merintis kehidupan mandiri. Apabila perasaan-perasaan negatif itu terjadi secara konsisten dan terus-menerus akan mengarahkan individu ke masalah mental yang lebih berat seperti depresi. Depresi tersebut bukan tidak mungkin akan mengantarkan individu ke perilaku bunuh diri.
Penulis memiliki beberapa tips agar terhindar dari kesenjangan mental ini. Pertama adalah dengan menaikkan real self lewat jalur-jalur positif seperti bersekolah, baca buku, ikut organisasi, ikut kegiatan diskusi, mengikuti seminar, memperbanyak channel pertemanan, ikut kegiatan volunteer, dan lain-lain. Dengan mengangkat real self anda, maka akan dapat memangkas jarak real self dengan ideal self yang anda punya. Kedua jika anda merasa berat mengangkat real self, anda cukup menurunkan ideal self yang dimiliki dengan mengurangi bermain social media maupun menonton film-film. Karena dengan begitu ideal self yang anda punya tidak didikte oleh social media maupun film-film yang telah disetting sedemikian rupa sehingga membentuk standart yang tinggi. Itulah beberapa tips dari penulis. Hidup itu
pilihan tinggal anda yang memilih. Terserah anda sekarang ingin menaikkan kompetensi diri atau memilih menurunkan ekspektasi.
0 wicara:
Posting Komentar