data-ad-format="auto"

LATHI : DALAM PANDANGAN EKSOTERIS



Kusuma Ndaru



Sebuah judul lagu fenomenal di inodnesia dan mancanegara, dengan sinkritisme EDM dan tradisonal jawa, memberikan angin segar atas degradasi budaya nasional. Meskipun tidak dapat dipungkuri terkadang budaya nasional direpresentasikan dengan budaya jawa. Popularisasi budaya memang menjadi media yang tepat untuk memperkenalkan budaya tradisonal kepada generasi muda, yang notabene memiliki kesadaran yang rendah terhadap budaya leluhur. Mereka juga tidak dapat disalahkan dalam konsumsi budaya, tidak ada alternatif yang menjebatani antara logika pemuda saat ini dengan budaya leluhur. 

Terlepas dari persoalan yang sempat hangat bahwa muncul sebuah tuduhan lagu lathi digunakan memanggil iblis, dikritik bahwa lagu tersebut memunculkan simbol simbol iluminati di music video yang tayang di kanal youtube. Saya bukan ahli dalam seni musik, saya hanya penikmat seni yang nyaman dengan akal sehat. Saya berusaha memberikan argumen dalam MV dan lagu Lathi itu sendiri, terutama dalam lirik jawa yang di sematkan.

“Kowe ra isoh mlayu soko kesalahan, ajine diri ono ing lathi” kesalahan selalu menghantui manusia, kita tidak dapat lari dari sebuah kesalahn? Lalu mengapa manusia identik dengan kesalahan?. Dalam lirik selanjutnya harga diri (eksistensi) selanjutnya akan saya sebut demikian, ada pada ucapan. Boleh saya sebut bahwa eksistensi bergantung pada tindakan?. Tindakan kitalah yang akan membawah pada sebuah kesalahan. Manusia cenderung berbuat tanpa berfikir kalau menurut pandangan umum, sebenarnya kita dituntut untuk mempertimbangkan, menalar dengan objektif, menggunakan rasio kita, menimbang semua bukti bukti dan membuat penilai berimbang. Atau singkatnya jangan gegabah dalam bertindak agar tidak terperangkat dalam kekecewaan diri atau berurusan dengan orang lain karena kesembronohan kita. Ini tanggapan saya dari lirik lagu lathi.

Saat lirik jawa di nyanyikan didalam MV, terlihat penyanyi (sara fajira) berubsah menjadi sosok yang menakutkan bahkan menyeramkan. Terllihat ada penampilan kuda lumping, wayang, seorang wanita berkebaya menari yang memberikan aroma supranatural. Bila di lihat sari kacamata eksoteris dan menggunakan premis lirik yang barusan saya ulas, Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ketika manusia dapat mengendalikan dirinya, termasuk nafsu, emosi, dan keinginan, atau mengenal dirinya sendiri, jagat cilik dan jagat gedhe. Sesungguhnya ia adalah manusia yang merdeka atau bisa di katakan tercerahkan dalam istilah spiritual atau tersadarkan, Ini yang di gambarkan pada MV dengan munculnya wanita berkebaya yang menari, kuda lumping yang memakan kaca dan menyemburkan api, wayang, atau secara umum menjadi super human, (sakti) serta fara fajirah yang nampak menjadi sosok yang menyeramkan. 

Sosok menyeramkan farah dapat menjadi representasi dari Ajaran jawa saat ini,  selalu identik dengan pencarian jati diri dan ketercerahan diri, memang saat ini banyak stikma negatif yang diberikan oleh mayoritas budaya kepada budaya jawa dengan istila klenik, sesat dan lain sebagainya. Dan secara umum kesaktian di budaya jawa digambarkan memiliki kekuatan supranatural. Bila kita memahami konsep dari eksoteris maka seluruh budaya termasuk agama menuju kepada ketercerahan spiritual. 

Bagi saya orang di balik lagu dan MV ini merupakan manusia yang genius dan tentunya memahami mengenai eksoterisme. Apakah mungkin fenome lagu lathi adalah sebuah kebetulan tanpa kesengajaan?

1 wicara:

terserah mengatakan...

ayo menangkan uang setiap harinya di agen365*com
WA : +85587781483

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE