data-ad-format="auto"

KEMATIAN, SURGA, NERAKA, DAN TUHAN (SEBUAH NILAI USANG)

Oleh Kusuma Ndaru
Mahasiswa Psikologi


Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya




Bila saya di tanya.. apakah kamu tidak takut siksa kubur? Masuk ke neraka? Di siksa oleh malaikat-malaikat tuhan?. Saya percaya Allah penuh dengan welas asih, bukan tuhan yang pemurkah, tuhan yang mengancam, tuhan pendendam, tuhan penyiksa. Aku memilih percaya Allah yang maha pengasih dan maha penyayang.

Terlebih saya tidak percaya adanya neraka dan siksa yang lain, apa lagi surga. Setelah mati apa yang mau manusia rasakan. Sakit yang kita rasakan bersumber dari SARAF sebagai reseptor, dan akan di terjemahkan oleh OTAK, bila reseptor itu menyenangkan  maka kita sebut kebahagiaan. Bila kita reseptor menyakitkan kita akan menyebut penderitaan, rasa sakit, dll.  saraf dan otak hanya ada pada tubuh ragawi. Saat manusia mati, terjadi perpisahan antara roh da tubuh. Maka tubuh tidak bisa merasakan apapun, otakpun tidak berguna, saraf tidak berfungsi karena tidak ada energi yang menggerakan mereka (roh). Ini menjawab mengenai tidak bergunanya siksa kubur. Mau jenazah di makan macan jenazah tidak akan merasakan apa-apa. 

Tubuh akan terurai kembali kedalam tanah. Sesuai dengan firman tuhan bahwa manusia tercipta dari tanah. Esensi dari pemakaman adalah adanya harapan bahwa sang jenazah akan hidup kembali, layaknya biji yang di tanam di dalam tanah. Namun yang menjadi pertanyaan saya adalah para jenazah yang tetap utuh selama bertahun-tahun setelah pemakaman. Saya berfikir bahwa kejadian ini bukan sesuatu mukjizat, harusnya kita mempertanyakan "apa yang telah mereka lakukan selam hidupnya, hingga bumipun tak sudih menerimanys ?" Bukan malah menempelkan label seorang walih tuhan atau penghafal kitab suci, karena menjalankan syariat tuhan selama hidup?. Ingat kisah firaun yang di awetkan oleh tuhan jasatnya sebagai pembelajaran bagi generasi selanjutnya agar tidak menentangnya... Saya rasa dalam kasus jasad yang utuh juga sama dengan kisah firaun. Kita dapat mempertahankan perbuatan mereka selama hidup!.

Ada kesangsian lagi mengenai kematian. Saya gusar dalam menyikapi kematian. Bila hidup dan mati manusia di tentukan oleh tuhan, dan setelah kematian hidup akan abadi, karena hidup di dunia hanya sementara!. Kesangsian pertama saya Perlukah kita menangisi sebuah kematian, bukankah dengan kematian manusia terbebas dari penderitaan, roh manusia kembali kepada tuhan. Kedua bila kematian di tentukan oleh tuhan, perlukah kita menghukum para pembunuh, membenci pembunuh (termasuk teroris)? Bukankah melalui tangan mereka, tuhan melaksanakan tugasnya, untuk mengambil apa yang telah tuhan berikan (roh). Mungkin atas dasar ini ada pernyataan bahwa fitnah lebih kejam dari pada membunuh. Secara harfiah dapat diartikan menyakiti hati, perasaan manusia lebih berbahaya. 

Pertanyaan selanjutnya, setelah kematian apakah roh dapat merasakan sakit oleh siksa neraka bagi manusia penuh dosa.. dan merasakan kebahagiaan di surga dengan segala janji yang sering diutarakan para misionaris?. 

Sesuai dengan hipotesis saya di awal, rasa sakit dan kebahagiaan serta jenisnya yang lain. Merupakan stimulus yang di terima oleh saraf dan diterjemahkan oleh otak manusia. Dan orang mati tidak membawa saraf dan otaknya. Maka kisah surga dan neraka adalah bualan semata. Karena roh kita akan kembali pada tuhan, dan tidak dapat merasakan apapun. 

Lalu dengan sikap saya yang tidak percaya akan adanya surga dan neraka apakah saya percaya adanya tuhan. Tentu saya percaya adanya tuhan ( Allah) sebagai mahluk yang membuat bola kehidupan dan menggelinding bola kehidupan. Ibarat bila salju yang di buat oleh anak kecil dan di jatuhkan dari atas bukit.. maka bola itu akan menggelinding semakin besar dan bertambah besar hingga anak kecil itu tidak dapat mengontrol. Bola itu bergulir secara acak, bergulir karena adanya sebab dan menciptakan akibat. Semua terjadi secara acak, Lebih mudah berpikir bahwa ini terjadi secara acak. Karena saat sudah berakhir.. maka semuanya berakhir. Tanpa menyalakan siapapun dan menerima apapun yang terjadi.

Bisa di katakan tuhan sudah dapat mengendalikan ciptaanya. Saya melihat penderitaan yang di alami oleh orang-orang Palestina, dengan sholat sekusuk apapun dan berdoa tiada henti mereka tetap saja dalam ancaman israel. Penderitaan orang Palestina bisa di sebabkan beberapa kemungkinan, 1 tuhan sedang menghukum orang-orang Palestina, 2 tuhan tidak mendengar doa, tangis, dan penderitaan masyarakat Palestina, atau 3 tuhan tidak dapat berbuat apa-apa!. Akhirnya kita akan menyalakan, apakah hidup perlu menyalahkan sesuatu.. agar kita dapat tersenyum?

Dengan pandangan saya seperti ini. Saya tidak perlu menyalahkan tuhan, atau menyangkut pautkan tuhan atas apapun yang kulakukan dan resiko (karma) yang saya terima. Semua berjalan atas nama saya, atas pribadi saya. Bukan atas nama tuhan agama A,B, C dan lainya. 

Dan saat saya mempertanyakan tentang ajaran agama seperti ini, saat itu juga saya di sebut KAFIR.
Sobat saya hanya berlandaskan satu saja. Kejujuran dalam mempertanyakan pemahaman yang sudah kadaluarsa. Dan saya percaya ada dua tuhan. Tuhan yang menciptakan jagat raya, dan tuhan yang manusia ciptakan. Saya tidak begitu tahu dengan tuhan yang menciptakan jagat raya, setahu saya hanya dia yang menciptakan kehidupan, dan saya tidak tahu perilakunya, sifatnya, kesukaan nya, apa lagi yang ia benci. Banyak orang menyebut dia sebagai TUHAN ALAM.

Dan ada tuhan yang manusia dapat menjelaskan dengan lantang mengenai perilaku tuhan, kesukaanya, yang dia benci, serta sifat dan perilakunya yang lain, bagiku itu adalah TUHAN SEJARAH, yang marah, membalas, dan dapat disogok. Tuhan yang diciptakan oleh manusia. 

Setelah diakui nya kepercayaan lokal sebagai agama, saya dapat berbicara lebih lenggang. Saya dan keluarga besar saya merupakan penganut abangan. Bagi keluarga kami, hidup harus berbuat baik pada semua mahluk hidup, tanpa terkecuali, jangan menyakiti, dan jangan pernah takut bila benar.  Bagi saya hidup hanya menunggu mati, dalam menunggu mati kita berbuat baik kepada sesama mahluk hidup. 




Salam 
Om Swastyastu, 
Namaste, 
Astungkara 
Om Avighnamastu, 
Om shanti-Shanti-Shanti Om



0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE