Oleh Kusuma Ndaru
Mahasiswa Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
UNESCO melakukan riset pada tahun 2016 mengenai minat baca penduduk indonesia, dalam riset yang di jalankan minat baca masyarakat Indonesia 0,001%. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, ada 1 orang yang rajin membaca.
Riset berbeda bertajuk "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara perihal membaca.
salah satu penyebab dari rendahnya minat baca masyarakat indonesia dikarenakan tidak adanya riset yang mendalam mengenai buku semacam aoa yang digemari oleh masyarakat itu sendiri, perpustakaan keliling baik milik pemerintah maupun LSM hanya menyediakan jenis buku yang mereka asumsikan buku tersebut tepat untuk masyarakat. terlihat perpustakaan keliling atau perpustakaan yang di sediakan di perkampungan, perpusda, dan perpustakaan umum lainya jarang di datangi oleh masyarakat. hanya minggu pertama saat pengadaan perpustakaan di penuhi oleh masyarakat setelahnya masyarakat tidak lagi berkunjung keperpustakaan.
Namun pennyebab utama rendahnya budaya membaca kita adalah karena perbedaan budaya Nusantara dengan budaya modern dalam cara belajar, kihat revolusi industri 4.0 yang merubah proses penyerapan informasi oleh manusia, generasi milenial Indonesia lebih memilih membuka YouTube sebagai saluran informasi. YouTube adalah konten audio visual. Namun pernahkah kita bertanya, mengapa YouTube lebih di sukai atau konten audio visual di gemari? Sebelum muncul YouTube masyarakat kita terbiasa menghabiskan waktu didepan layar televisi dan tak jarang dibumbui pertikaian dalam pilihan channel TV!. Namun tahukah anda bahwa konsep audiovisual ini telah di terapkan oleh nenek moyang kita, Borobudur merupakan sumber informasi visual, di sekeliling tubuh candi Borobudur di ukir cerita rakyat dan perjalanan Sidharta Gautama. Sunan Kalijaga dengan menggunakan wayang sebagai media dakwah, dan wayang sendiri sebagai media dalam menyampaikan pesan cerita Mahabarata dan Ramayana. hiburan rakyat berupah penampilan ketoprak, atau kebiasan masyarakat kita dalam rasan-rasan (ghibah, menggunjing), dan masih banyak lagi kebiasaan masyarakat kita yang tidak ada kaitannya dengan membaca teks, selalu melalui media audio, ataupun audiovisual. Inilah yang menyebabkan angka minat baca dinegeri ini rendah. Kita memiliki budaya TUTUR, bukan budaya MEMBACA. tentu kalau kita paksakan masyarakat kita untuk membaca, itu akan sangat supit merubah tradisi tutur yang telah tertanam dalam Dna kita. Jadi saran saya manfaatkan budaya tutur yabg sudah melekat. Tanpa buku masyarakat kita lebih bijak dengan prodak budaya-budaya nya.
Namun pennyebab utama rendahnya budaya membaca kita adalah karena perbedaan budaya Nusantara dengan budaya modern dalam cara belajar, kihat revolusi industri 4.0 yang merubah proses penyerapan informasi oleh manusia, generasi milenial Indonesia lebih memilih membuka YouTube sebagai saluran informasi. YouTube adalah konten audio visual. Namun pernahkah kita bertanya, mengapa YouTube lebih di sukai atau konten audio visual di gemari? Sebelum muncul YouTube masyarakat kita terbiasa menghabiskan waktu didepan layar televisi dan tak jarang dibumbui pertikaian dalam pilihan channel TV!. Namun tahukah anda bahwa konsep audiovisual ini telah di terapkan oleh nenek moyang kita, Borobudur merupakan sumber informasi visual, di sekeliling tubuh candi Borobudur di ukir cerita rakyat dan perjalanan Sidharta Gautama. Sunan Kalijaga dengan menggunakan wayang sebagai media dakwah, dan wayang sendiri sebagai media dalam menyampaikan pesan cerita Mahabarata dan Ramayana. hiburan rakyat berupah penampilan ketoprak, atau kebiasan masyarakat kita dalam rasan-rasan (ghibah, menggunjing), dan masih banyak lagi kebiasaan masyarakat kita yang tidak ada kaitannya dengan membaca teks, selalu melalui media audio, ataupun audiovisual. Inilah yang menyebabkan angka minat baca dinegeri ini rendah. Kita memiliki budaya TUTUR, bukan budaya MEMBACA. tentu kalau kita paksakan masyarakat kita untuk membaca, itu akan sangat supit merubah tradisi tutur yang telah tertanam dalam Dna kita. Jadi saran saya manfaatkan budaya tutur yabg sudah melekat. Tanpa buku masyarakat kita lebih bijak dengan prodak budaya-budaya nya.
langkah awal yang harus dilakukan NGO atau pemuda dalam social project mereka lakukan riset mengenai buku dengan karakter seperti apa yang diminati masyarakat tersebut dan persebaran rentan usia kepada masyarakat lokal sasaran pengadaan program perpustakaan untuk dapat diberikan, masyarakat indonesia memiliki latar belakang budaya dan lingkungan yang berbeda mengakibatkan tidak dapat di generalisasi kan mengenai jenis atau karakter buku yang masyarakat suka sehingga memunculkan minat baca masyarakat. Itu harus dilakukan bila memaksakan untuk tetao berpacu pada buku, namun hal yang paling tepat adalah menggunakan audiovisual, manfaatkan channel YouTube sebagai media mendidik. Atau kita bisa belajar melakui TED.
Namun rendahnya minat baca masyarakat Indonesia terhadap buku tidak mempengaruhi kecerdasan terhadap beberapa kelompok masyarakat. beberapa manula yang tidak memiliki latar belakang pendidikan baik dapat menjadi tempat mencari solusi dalam memecahkan persoalan anak, atau cucu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tidak menutup kemungkinan orang dengan strata 3 berkunjung guna meminta saran terhadap orang yang tidak berpendidikan dengan baik tak jarang juga orang tua ini tidak dapat membaca maupun menulis. ini merupakan salah satu local wisdom yang di miliki indonesia, bagaimanakah mereka mendapatkan ilmu pengetahuan tanpa bisa membaca menulis, tidak tamat SD dapat menjadi rujukan orang-orang "pintar". pengetahuan merupakan anugrah dari tuhan, tidak semua orang dalam satu kelas dapat menerima informasi yang di sampaikan oleh guru. guru, dosen dan buku tidak memberikan pengetahuan. mereka hanya sekedar penyampai informasi. orang tua yang tidak tamat sekolah dasar mendapat pengetahuannya dari tuhan. sebelum adanya buku, sebelum ditemukanya alat tulis, masyarakat indonesia sudah dapat membaca alam, gejala dan fenomena semesta merupakan ilmu pengetahuan yang hakiki, jika mata masyarakat awam dilatih dengan sedemikian rupa maka mereka dapat membaca ilmu pengetahuan yang tak terbatas dari semesta. dari sekian jutaan manusia yang ada dimuka bumi ini hanya Newton yang menanyakan mengapa apel jatuh kebawah? hingga dia dapat membuat hukum gravitasi.
pengetahuan yang hakiki dapat masyarakat nikmati dengan mudah, murah bahkan absolut namun dengan latihan yang cukup teratur.
jika tubuh ini menyatu dengan semesta, maka semesta akan membisikimu apapun mengenai masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang serta pengetahuan jagat raya.
literasi buku hanya sebatas memberikan informasi, kita memiliki literasi alam yang harus kita lestarikan, tingkatkan frekuensi penggunaanya. Karena buu hanya cendela dunia, namu pernahkah kita bertanya dimana pintu dunia?, dan bagaimana kita dapat melewati pintu tersebut! Hingga kita dapat menginjakan kaki kedalam dunia? Mari mempertajam mata, hati, telinga, serta pikiran untuk dapat melanjutkan ilmu Nusantara.
0 wicara:
Posting Komentar