skip to main |
skip to sidebar
Oleh: dia Puspitasari (sarinah GmnI Surabaya)
Jadilah Per(empu)an Penembus Langit-langit Kaca !
Sebagai salah satu perempuan yg bergerak dalam dunia pergerakan, acapkali muncul sebuah pertanyaan yg mempersoalkan bagaimana kondisi kepemimpinan perempuan di tengah-tengah dominasi patriakhi dalam konteks pergerakan.Di Indonesia, mungkin memiliki ribuan atau bahkan jutaan perempuan yg sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dan berkontribusi bagi kepentingan masyarakat tidak hanya pada ruang domestik saja melainkan pada pelbagai ruang publik. Tentu, kita ingat bagaimana para perempuan perkasa Indonesia seperti Lasamana Malahayati "Sang Laksamana Perempuan Pertama Di Dunia". Pejuang emansipatoris R.A Kartini melalui strategi pendidikannya. Siti Salifah, salah satu pelopor gerakan perempuan sadar pemilu 1998 silam. Mantan Presiden RI ke-5 Dyah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri yang lahir di tengah gemuruh hujan dan di masa pergolakan revolusi yg menentukan perjalanan negeri ini.
Bukankah menjadi sebuah kejelasan bahwa kemampuan dan potensi seseorang untuk memimpin tidaklah terbatasi oleh jenis kelamin ? Di dalam buku "the new art of the leader" Admiral Cohen menyatakan bahwa sifat kepemimpinan seseorang merupakan akumulasi dari pengalaman, bukan sesuatu yg lahir begitu saja.
Dalam barisan pemimpin negara, torehan nama perempuan perempuan pemimpin terus bertambah. Golda Meyr Perdana Menteri Israel, Indira Gandhi yg memimpin India, Cory Aquino Presiden Filipina dengan menyebarkan semangat "people power" sosok intelektualitas yg menonjol dengan karakter ke perempuanannya, tetapi sangat tegas dan peka terhadap rakyat Filipina.Shoya Zichy dalam bukunya "Women and the leadership quetient" mengatakan bahwa kepemimpinan perempuan ditentukan oleh lingkungan kerja yg optimal, lingkungan yg merangsang pemikiran, konsep pemecahan masalah, adanya kerja sama akan mengkondisikan peluang lahirnya perempuan pemimpin yg ideal.
Betapapun perempuan pemimpin dalam dunia pergerakan bukan menjadi suatu hal yang utopis, perlu disadari bahwa perempuan pemimpin bukanlah malaikat tanpa cela. Kesuksesan mereka pada tataran dunia bukan berarti penihilan atas kelemahan mereka sbg perempuan.
Naluri keibuan perempuan jika di akumulasi dgn disiplin dan intelektualitas perempuan menjadi alternatif dari setiap pelbagai permasalahan yg ada. Disadari atau tidak, kekuatan yg dimiliki perempuan merupakan kekuatan alamiah yg tidak mungkin dibendung dgn alasan berkemas apapun.Jadilah sosok perempuan pembuka mata kaum perempuan dan laki-laki , melalui konsep penyadaran bahwa perempuan juga sosok yg berguna sama dengan lawan jenisnya.
#janganhilangkan
#jiwaperjuangan
#perempuanpemimpin
0 wicara:
Posting Komentar