data-ad-format="auto"

Bersyukur pada mitos






Oleh:ismail hasan (hilang orang)
Diskusi UKM FORDIMAPELAR 


Bersyukur pada mitos?
Bicara mitos, dimasa modern atau pasca modern ini , mungkin sudah terlalu usang, bahkan banyak yang mencibir. Sebab dizaman modern bahkan pasca modern ini, cara pikir dan cara pandang manusia telah melampaui batas mitologis. Zaman kita ini tidak ujuk-ujuk datang, namun melalui proses dialektis yang panjang dan membutuhkan waktu yang sangat lama.  Dizamam kita ini Semua bisa kita temui bukan hanya didunia nyata namun juga maya, namun semua tidak datang dengan sendirinya, melainkan proses secara dialektis dari waktu- kewaktu goehte mengatakan " orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun , hidup tanpa memanfaatkan akalnya". sebelum kita sampai pada pembahasan zaman kita maka perlu kita telisik terlebih dahulu masa silam.

Dimasa nenek moyang kita, mitos sebagai alat penjelas mengenai pristiwa yang terjadi bahkan pristiwa yang tidak terjadipun dijelaskan.Misalnya cerita rakyat mengenai adanya dewa-dewa. Kalau dijawa kita sering mendengar cerita rakyat mengenai nyai nawang sih, jaka umbaran atau nyai loro kidul dan lain sebagainya. Semua cerita ini dimaksudkan untuk menjelaskan suatu pristiwa.
Di Eropa, tepatnya diskandinavia, ada satu mitologi yang terkenal pada masa itu, misalnya cerita thor, yang memiliki palu, dan ketika tor mau menurunkan hujan thor mengelilingi angkasa dan memukukkan palunya dan datanglah petir lalu hujan turun.
Jika ada hujan maka petani bisa menanam padi , jagung dan lain-lainnya, sehingga thor dipuja sebagai dewa kesuburan.
Untuk menjelaskan musim kemarau para mitologis Skandinavia membuat cerita, bahwa ketika thor sedang tidur mendapati palunya telah hilang, dan palu tersebut diculik oleh para raksasa. Dan selama musim kemarau, thor berupaya mencari palu yang hilang, dan hingga bertarung dengan para raksasa untuk mendapatkan kembali palunya. Dan selama itu pula masyarakat melakukan ritual atau upacara untuk membantu thor mengalahkan raksasa.
Dalam mitologis Skandinavia menceritakan mengenai kebaikan dan kejahatan, kejahatan dan kebaikan akan terus bertarung.
Dari mitologis ini, para filosof menentang dan memeprtayakan mitos. Bukan hanya maslah penjelasan semata.
Para filosof menganggap bahwa, manusia tidak hanya duduk termangu menunggu para dewa turun tangan, sementara kekeringan telah melanda, manusia harus bertindak untuk menyelesaikan masalah dan memperjuangkannya.
Di Yunani sekitar 700 SM  para filosof menolak dan mepertayakan mitologis ini, sebab dewa menyerupai manusia dan sama egois dan sama curangnya. Dan para filosof mengatakan mitos tidak lain dari hasil pemikiran manusia. Pernyataan ini didukung oleh Xenophanes yang hidup sekitat 570 SM, mengatakan bahwa manusia menciptakan dewa-dewa sesuai bayangannya sendiri. Mulai dari itu masyarakat yunani memanfaatkan waktu nya untuk memikirkan kebudayaan dan politik. Dengan menggunakan pemikiran yang sama sekali baru.
Mitos pada hakikatnya mencoba memberikan penjelasan mengenai setiap pristiwa yang terjadi namun mengunukan media cerita rakyat.
Tanpa ada mitologis mungkin kita tidak akan samapai dizamn kita ini. Sebab dari mitologis itu para filosof itu mencoba membuktikan kebenarannya secara bijaksana. Dan sumbangsih pemikiran-pemikiran filosof, dan dalam dialektika pemikiran itu pula kita menerima pengetahuan yang hari ini kita terima dan di zaman yang hari ini kita kenal sebagai zama modern atau bahkan pasca modern.

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE