oleh: Ismail hasan (hilang orang)
kebobrokan dari almamater ini sudah pada titik yang gawat. Kemarin saya dengar dari kawan teknik, ekonomi, fisip, hukum , sastra dan psikologi dalam satu pertemuan kawan-kawan yang dulu ikut aktif dalam pembangunan pondasi organisasi kemahasiswaan, secara pribadi ada rasa kecewa yang sangat mendalam, sebab saya menjadi bagian dari masa itu, setalah terbentuknya organisasi kemahasiswaan, jauh dari apa yang saya bayangkan. Meskipun sebagian dari mereka yang ikut membangun organisasi kemahasiswaan, juga ikut menikmati dan bahkan menunggangi untuk kepentingan eksistensi pribadi. Organisasi kemahasiswaan yang harusnya menjadi sarana para mahasiswa untuk menggali lebih mendalam pengetahuan dan wawasan, itu tidak terjadi. Sudah saatnya ini menjadi koreksi kita bersama. Sedangkan dalam perkuliahan, masih banyak dosen yang suka melancong, dan menghambur-hamburkan uang, kemarin saya dapat kabar di beberapa fakultas, akan melakukan rapat kerja di luar kota dan bahkan ada yang keluar pulau, secara sadar atau tidak sadar dosen-dosen telah menghabur-haburkan uang dan itu pakai uang spp mahasiswa, rapat kerja jadi alasan yang sangat ideal, padahal jika kita tela'ah bersama, masih banyak mahasiswa yang harus menekan perutnya untuk membayar spp, namun dengan semena-mena para dosen dan pengurus kampus menghambur-hamburkan uang.
Dalam pertemuan dengan kawan-kawan mahasiswa, saya sampaikan informasi yang saya dapatkan ini, dan saya coba tanyakan kepada mereka tanggapan dari temuan-temuan ini, ada yang membiarkan dan memilih apatis, ada yang takut diancam dengan nilai-nilai perkuliahan. Meskipun saya mengerti dan merasakan apa yang kawan-kawan rasakan. namun saya tidak sepakat dengan tanggapan dari mereka, bagiku sebagai mahasiswa, kita harus berani mengambil tindakan kritis terhadap situasi yang ada, meskipun analisa dan tindakan kita belum tentu benar, setidaknya kita sudah berani melakukan itu, dan dengan berjalannya waktu , akan ada perbaikan-perbaikan.
Dari kondisi yang ada akan timbul
perosalan-persoalan baru yang sangat mengerikan, kebobrokan sistem kampus,
kebobrokan organisasi kemahasiswaan, kebobrokan
dosen-dosen dan kebobrokan mahasiswa sendiri dengan sistem pendidikan
yang mengarah pada komersialisasi pendidikan akan menimbulkan proses de humanisasi
individu-individu.
Teror de humanisasi ini sangat
besar, sehingga banyak orang akan kehilangan dirinya sendiri, kamarin saat
bertemu dengan kawan-kawan perempuan di unit kegiatan mahasiswa, mereka bicara
tentang gaya hidup, trend pakaian, gaya rambut, gaya krudung, bahkan sampai
selera makanan terbaru, saya mencoba untuk menanyakan ,mengenai gaya hidup itu
sendiri pada mereka, namun sebagai mahasiswa jawaban yang di keluarkan sangat
menjengkelkan, persis seperti apa yang pernah saya diskusikan dengan kawan saya
yang sedang kuliah strata dua diluar negeri.
mereka menjawab ini adalah trend masa kini dan kita harus mengikuti trend
masa kini agar tidak ketinggalan. Melihat prilaku mahasiswa seperti ini, Bagiku
sebagai mahasiswa, kampus telah gagal dalam menciptakan karakter building dan
nation building. Dalam gaya hidup saja kita tidak bisa menentukan gaya hidupnya
sendiri, selera makanan pun kita tidak mampu menentukan seleranya sendiri,
tetapi ditentukan oleh selera pasar ( propaganda iklan). “bukan saya yang
menetukan warna coklat itu manis, karena semua orang bilang warna coklat itu
manis, maka saya juga setuju”. Siapa yang harus bertangung jawab atas hilanganya
kedaulatan ini? Akibat de humanisasi?
0 wicara:
Posting Komentar