data-ad-format="auto"

Rendahnya moral karena tingginya toleransi yang salah




Berkaca pada tragedi penistaan agama dengan penafsiran gang salah di lakukan oleh salah satu oknum pejabat baru-baru ini. 

Respon yang diberikan oleh masyrakat sangat beragam,  ada yang memaafkan karena pelaki sudah meminta maaf,  bahkan ada yang membela pelaku mati-matian entah dengan dasar seperti apa.  Ada juga yang memaki bahkan menunjukan respon mengutuk dan tentu yang lagi hangat aksi turun jalan besar-besaran pada tanggal 4 november. 

Respon beragam terjadi karena perbedaan kognitif  dalam memaknai kejadian ini,  dalam psikologi persepsi tergangung dari pengalaman dan wawasan.   Di masa ini kedua faktor tersebut di stimulus oleh media (teknologi),  


Dalam Pasal 156
Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beherapa golongan rakyat Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Perkataan golongan dalam pasal ini dan pasal berikutnya berarti tiap-tiap bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa hagian lainnya karena ras, negeri asal, agama, tempat, asal, keturunan, kebangsaan atau kedudukan menurut hukum tata negara.

Secara the jure dan the facto,oknum tsrsebut bersalah.  Nyatanya menistakan agama.  Lalau apa peran toleransi dalam kasus ini. 

Sebagai umat beragama wajib untuk membela kepercayaanya atau idiologinya. Menolerin sama halnya membiarkan keburukan itu terjadi 

Semakin kita mentolerin sebuah kesalahan semakin rendah moral yang di miliki.  Kesalahan dalam memaknai toleransi terjadi menjadi momok yang sangat berbahaya bagi negeri ini.  Toleransi yang seharusnya menjadi payung kedamaian dalam hidup nyatanya menjadi bekal dalam kehancuran negara. 

Hemat saya memaknai toleransi individu membiarkan melaksanakan ibadah,  tanpa mengusik atribut agam orang lain.  Pembiyaran yang di landasi toleransi harus segera di hapuskan dari negeri ini. 

Memyikapi tanggal 4 oktober,  menjntut suatu yang salah adalah hal yang benara,  tetapi cara yang di gunakan terlalu berlebihan dan tidak seharusnya,  masih banyak cara lain yang lebih arif,  menegakkan hukum kafena negara ini berlandaskan pada hukum. 


I
ndonesia dengan bhinneka tunggal Ika nya 
Berbeda beda tetapi tetap satu.
Bukan berbeda beda tapi nusuk dari belakang (menghujat)
Bagaimana bisa bersatu kalau rakyatnya yang berbeda beda saling mencelah dan merendahkan
Kalau si ahok tidak melecehkan ya gak bakalan begini jadinya
Kedamaiaan dan ketentraman pasti terjadi


Kezhaliman merajalelah di dunia ini.  Bukan karena banyaknya orang zalim.  Tetapi banyak orang baik yang diam. 
Ali bin abi thalib

Salam 
#PSYEdan

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE