data-ad-format="auto"

DIALEKTIKA HUMANISME (Madzab SEMOLOWARU) 33





Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya




Bagaimana setelah fase itu, apa yang terjadi?
        Pernah juga di suatu masa, dimana rasio perbandingan jumlah manusia yang hidup dan sumber–sumber yang disediakan oleh alam mencapai keseimbangannya. Disitu ekosistem benar–benar terwujud dan manusia mengalami hidup yang nyaman karena lingkungan alam terbangun secara ekologis. Dimasa ini, manusia sudah memiliki pengetahuan tentang berbagai hal, termasuk mengenai perdagangan, meski hanya berupa “Barter” yang dikenalnya. Disinilah Kapitalisme mulai merenda dirinya. Masa barter ini terjadi disaat manusia sudah mengerti bercocok tanam, sehingga kehidupannya mulai tergantung pada suatu tempat. Di jaman inilah lahir tata sosial–politik–ekonomi kampung. Desa atau perkampungan berdiri untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia.
       Dusun ini bermula dengan kehidupan yang sangat sederhana. Segala yang dibutuhkan dalam hidupnya dihasilkan oleh warganya sendiri. Apa yang dihasilkan dimakan sendiri. Produksi masih belum terpisah dengan konsumsi. Dalam tatanan semcam itu tidak ada kepentingan inividualistis, yang ada hanyalah kepentingan kolektif. Segala sesuatunya dilakukan secara gotong royong dalam kebersamaan.
          Selama populasi dusun itu masih sedikit, segala macam keperluan warga adalah dipikul dan diusahakan bersama, tetapi ketika jumlah jiwa semakin bertambah banyak dan lingkungan dusun bertambah luas, maka terjadilah perpisahan dan pembagian pekerjaan. Setiap orang boleh mengambil tanah garapan secukupnya untuk diolah sendiri. Dia harus memulai bertanggung jawab terhadap diri dan keluarganya sendiri meskipun gotong royong dalam penggarapan dan pemanenan hasil tanah masih tetap ada dan tidak hilang.

Dengan kalimat lain, anda ingin katakan bahwa perilaku individualistis mulai muncul.
     Ya, sebab semangat kebersamaan dalam hal perekonomian ini mulai luntur dan berganti dengan upaya–upaya atau perjuangan individual. Ini terjadi sejak timbulnya ahli perkakas, ahli perhiasan, ahli lain atau yang sering disebut dengan tukang kayu pembuat rumah. Di sini kedudukan kapitalisme mulai kokoh dengan menunggang para spesialis pengrajin.
        Adanya tukang–tukang ini pada awalnya dirasakan bermanfaat karena ia pada dasarnya juga seorang petani. Dan lama–kelamaan ia menjadi seorang spesialis dengan pekerjaan tertentu yang menjadi bidangnya dan mulai meninggalkan hidup bertani. Mereka pergi ke luar kampung karena harus membantu permintaan tolong dari kampung–kampung diluar dusunnya. Dalam waktu yang lama mereka menjelma menjadi seorang pengembara dari dusun yang satu ke dusun yang lain. Karena mereka ini sudah terlepas dari hidup bertani, maka mereka menggantungkan hidupnya dari keahlian pertukangan tersebut.
       Kemudian mereka mulai berupaya membuat hasil kerajinannya secara massal untuk berjaga–jaga bagi kelangsungan hidupnya sendiri. Berbagai orang dari jenis ahli pertukangan saling bertemu dan saling membutuhkan. Seringkali di antara mereka terjadi pertukaran barang hasil produksi sendiri untuk ditukarkan di desa yang akan dituju dalam pengembaraan nanti. Lama kelamaan, akhirnya, para ahli/tukang ini sepakat untuk membuat tempat pertemuan (berhenti mengembara sementara) dalam setiap sepekan untuk saling bertemu guna mempermudah pejumpaan dan pertukaran di antara mereka sendiri.
        Dalam perkembangannya tempat pertemuan mereka ini banyak dikunjungi oleh petani penggarap di desa–desa sekitar untuk keperluan tukar–menukar hasil panen. Mereka dengan perkakas yang dibutuhkan. Akhirnya para ahli pertukangan dan perkakas ini sepakat untuk berhenti mengembara dan menetap di wilayah tersebut. Mereka itulah yang dalam sejarah umat manusia akhirnya disebut sebagai “Sang Pendiri Kota Pertama di Bumi”.
          Di dalam kota tersebut untuk selanjutnya bermunculanlah spesialis–spesialis baru yang mengerti peluang usaha, seperti transportasi pengawalan barang. Usaha transportasi dan pengawalan barang ini ada karena kondisi masih rawan kejahatan. Dengan demikian spesialis yang satu ini melahirkan spesialis yang lain sebagai konsekuensi pengiring, yakni Usaha Penjamin (Asuransi). Kemudian bermunculanlah usaha–usaha baru seperti Usaha Penitipan (Perbankan – ditemukan uang pertama).

LANJUTAN

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE