Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya
FISIP Untag Surabaya
Bagaimana setelah fase itu, apa yang terjadi?
Pernah juga di suatu masa,
dimana rasio perbandingan jumlah manusia yang hidup dan sumber–sumber yang
disediakan oleh alam mencapai keseimbangannya. Disitu ekosistem benar–benar
terwujud dan manusia mengalami hidup yang nyaman karena lingkungan alam
terbangun secara ekologis. Dimasa ini, manusia sudah memiliki pengetahuan
tentang berbagai hal, termasuk mengenai perdagangan, meski hanya berupa
“Barter” yang dikenalnya. Disinilah Kapitalisme mulai merenda dirinya. Masa
barter ini terjadi disaat manusia sudah mengerti bercocok tanam, sehingga
kehidupannya mulai tergantung pada suatu tempat. Di jaman inilah lahir tata
sosial–politik–ekonomi kampung. Desa atau perkampungan berdiri untuk
pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia.
Dusun ini bermula dengan
kehidupan yang sangat sederhana. Segala yang dibutuhkan dalam hidupnya
dihasilkan oleh warganya sendiri. Apa yang dihasilkan dimakan sendiri. Produksi
masih belum terpisah dengan konsumsi. Dalam tatanan semcam itu tidak ada kepentingan
inividualistis, yang ada hanyalah kepentingan kolektif. Segala sesuatunya
dilakukan secara gotong royong dalam kebersamaan.
Selama populasi dusun itu masih
sedikit, segala macam keperluan warga adalah dipikul dan diusahakan bersama,
tetapi ketika jumlah jiwa semakin bertambah banyak dan lingkungan dusun
bertambah luas, maka terjadilah perpisahan dan pembagian pekerjaan. Setiap
orang boleh mengambil tanah garapan secukupnya untuk diolah sendiri. Dia harus
memulai bertanggung jawab terhadap diri dan keluarganya sendiri meskipun gotong
royong dalam penggarapan dan pemanenan hasil tanah masih tetap ada dan tidak
hilang.
Dengan kalimat lain, anda ingin katakan bahwa perilaku individualistis mulai muncul.
Ya, sebab semangat kebersamaan
dalam hal perekonomian ini mulai luntur dan berganti dengan upaya–upaya atau
perjuangan individual. Ini terjadi sejak timbulnya ahli perkakas, ahli
perhiasan, ahli lain atau yang sering disebut dengan tukang kayu pembuat rumah.
Di sini kedudukan kapitalisme mulai kokoh dengan menunggang para spesialis
pengrajin.
Adanya tukang–tukang ini pada
awalnya dirasakan bermanfaat karena ia pada dasarnya juga seorang petani. Dan
lama–kelamaan ia menjadi seorang spesialis dengan pekerjaan tertentu yang
menjadi bidangnya dan mulai meninggalkan hidup bertani. Mereka pergi ke luar
kampung karena harus membantu permintaan tolong dari kampung–kampung diluar
dusunnya. Dalam waktu yang lama mereka menjelma menjadi seorang pengembara dari
dusun yang satu ke dusun yang lain. Karena mereka ini sudah terlepas dari hidup
bertani, maka mereka menggantungkan hidupnya dari keahlian pertukangan
tersebut.
Kemudian mereka mulai berupaya
membuat hasil kerajinannya secara massal untuk berjaga–jaga bagi kelangsungan
hidupnya sendiri. Berbagai orang dari jenis ahli pertukangan saling bertemu dan
saling membutuhkan. Seringkali di antara mereka terjadi pertukaran barang hasil
produksi sendiri untuk ditukarkan di desa yang akan dituju dalam pengembaraan
nanti. Lama kelamaan, akhirnya, para ahli/tukang ini sepakat untuk membuat
tempat pertemuan (berhenti mengembara sementara) dalam setiap sepekan untuk
saling bertemu guna mempermudah pejumpaan dan pertukaran di antara mereka
sendiri.
Dalam perkembangannya tempat
pertemuan mereka ini banyak dikunjungi oleh petani penggarap di desa–desa
sekitar untuk keperluan tukar–menukar hasil panen. Mereka dengan perkakas
yang dibutuhkan. Akhirnya para ahli pertukangan dan perkakas ini sepakat untuk
berhenti mengembara dan menetap di wilayah tersebut. Mereka itulah yang dalam
sejarah umat manusia akhirnya disebut sebagai “Sang Pendiri Kota Pertama di
Bumi”.
Di dalam kota tersebut untuk
selanjutnya bermunculanlah spesialis–spesialis baru yang mengerti peluang
usaha, seperti transportasi pengawalan barang. Usaha transportasi dan
pengawalan barang ini ada karena kondisi masih rawan kejahatan. Dengan demikian
spesialis yang satu ini melahirkan spesialis yang lain sebagai konsekuensi
pengiring, yakni Usaha Penjamin (Asuransi). Kemudian bermunculanlah usaha–usaha baru seperti Usaha Penitipan (Perbankan – ditemukan uang pertama).
LANJUTAN
LANJUTAN
0 wicara:
Posting Komentar