data-ad-format="auto"

DIALEKTIKA HUMANISME (Madzab SEMOLOWARU) 32





Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya



Dan nampaknya hampir semua petani berpikir hal yang sama.
         Yang terjadi kemudian bisa di tebak, yaitu munculnya In-efisiensi sektor pertanian skala Nasional. Bagaimana mungkin akan timbul jiwa wirausaha jika setelah bekerja keras hasilnya tidak untuk dimiliki sendiri, yang ternyata kemudian diberikan pada pihak lain.
      Sebuah masyarakat (negara) akan mencapai efisiensi bila segenap masyarakat dan potensinya dikerahkan. Dan masing – masing manusia berusaha mengerahkan dirinya secara sukarela bahkan dengan senang hati apabila mereka mendapat reward dari apa yang telah dilakukan itu. Reward bagi kerja keras adalah out put atau perolehan hasil yang dapat dinikmati sendiri. Ini terjadi jika semua hasil kerja keras boleh dimiliki sendiri. Sebab sudah menjadi watak dasar manusia untuk memiliki sesuatu atau hak atas kepemilikan.
       Dengan ilustrasi yang sejenis, bisa dibayangkan apabila sektor–sektor yang lain mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh sektor pertanian kota tidak mengherankan jika ideologi Sosialisme–Komunisme yang dianut pemerintah Uni Soviet terbuktu rontok di tengah jalan. Dus, dengan demikian Ideologi ini tidak berhasil menghantar manusia pada cita–cita kesejahteraan.

Ya, ya, ya. Saya paham itu. Bagaimana dengan pernyataan anda bahwa Kapitalisme–Liberalisme juga menemui kegagalan, padahal seperti yang kita bersama saksikan, hingga hari ini ideologi Kapitalisme–liberalisme masih bertahan bahkan terbukti mampu menjawab tantangan eksternal dan internalnya sendiri?
   Spesies manusia adalah salah satu contoh kongkrit, menggambarkan bagaimana kapitalisme dirajut dari awal sejarah manusia itu. Ia adalah sebuah spesies yang berkelompok berorganisasi atau berbangsa, di mana bangsa ini telah melewati berbagai macam fase sejarah perkembangan politik–ekonominya terus–menerus.
         Di dalam setiap fase itu terdapat berbagai bentuk model politik–ekonomi yang dianutnya. Bahkan sejak sebelum manusia belum mengenal tradisi tulisan. Kawasan atau wilayah manapun di dunia ini adalah saksi, bahwa pernah terjadi sebuah jaman dimana manusia berkelimpahan harta benda dan tidak kekurangan kebutuhan barang sedikitpun. Itu terjadi di awal purba, saat populasi manusia masih sangat sedikit dibandingkan dengan persediaan alam yang melimpah ruah. Tata politik – ekonomi masih sangat sederhana. Disana, saat itu, tidak terdapat jual beli, bahkan yang berwujud barter sekalipun. Manusia kala itu berada pada suatu jaman dimana kata “kebutuhan” tidak dikenal, karena yang ada hanya “persediaan” yang kesemuanya dipenuhi oleh alam. Sehingga dalam kehidupan sehari–hari yang ada hanyalah memberi dan menerima. Vasted interest terbunuh di zaman semacam itu. Sementara itu, organisasi atau lebih tepatnya kerja sama kelompok telah dikenal. Organisasi itu merupakan hasil dari bangunan solidaritas masyarakat ontologis yang tidak berdaya menghadapi alam.

LANJUTAN

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE