Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya
Kalau itu bisa dilakukan, alangkah indahnya, karena
strategi tadi bisa dipakai membebaskan manusia dari belenggu!
Dalam kaitannya dengan
perencanaan takdir sejarah ke depan yang dapat dibuat oleh manusia, maka sudah
seharusnya perencanaan itu diimplementasikan dalam realitas sosial. Bahwasanya
belenggu–belenggu atas manusia yang membuatnya tidak berbahagia dalam
hidupnya, adalah karena manusia telah sedemikian terjajah oleh kreasinya
sendiri. Kreasi – kreasi sepanjang waktu yang dibiarkan berjalan begitu saja
tanpa melalui perencanaan yang matang. Akibat tidak ada rencana terhadap
jalannya takdir sejarah, maka ketidakbahagiaan manusia menjadi suatu yang harus
ditanggung bersama pada skala teramat luas, bahkan manusia se bumi.
Ketidakbahagiaan manusia adalah
akibat dari tidak adanya perencanaan atas takdir yang dibuat oleh manusia itu
sendiri di segala bidang takdir kehidupan manusia.
Telah saya katakan di atas bahwa
takdir sejarah ditentukan oleh pertautan dari ke semua dialektika. Ketiga dialektika di antara manusia,
alam dan masyarakat yang berlangsung terus–menerus.
Bahwa dialektika dalam kehidupan
ini terdapat pertama, dialektika
alam yang sesuai hukum alam; kedua,
dialektika individu manusia yang berkisar antara tuntutan, kebutuhan dan
pilihan. Di situ ia berdialektika dengan dirinya sendiri, ketiga adalah dialektika kolektif masyarakat manusia. Pada sisi
lain, keempat, ia berdialektika secara serempak, dengan manusia lain, masyarakat, dan alam. Dialektika semacam inilah yang
menggerakkan roda sejarah, dengan begitu maka perencanaan atas takdir sejarah
itu semestinya ada padanya.
Beri satu contoh bagaimana memulai upaya strategi
perencanaan sosial yang ideal bagi takdir sejarah tersebut!
Contoh kongkritnya adalah seperti
yang pernah diberikan oleh Fromm, bahwa mengenai bangunan karakter sosial yang
lahir dari cara yang membangun hubungan dengan orang lain dan dirinya sendiri.
Hubungan dirinya dengan orang
lain ini lebih bersifat produktif. Manusia menjalin hubungan dengan kebebasan,
otoaktivitas dan spontanitas, merupakan manifestasi dari orientasi produktif.
Fromm, mengatakan “Orientasi
yang produktif berarti manusia menyadari kemampuannya untuk membangun relasi
yang aktif dan kreatif. Dalam lingkungan pikiran orientasi produktif terungkap
dalam pemahaman tentang dunia dengan akal budinya: dalam lingkup tindakan
terungkap dalam karya yang produktif; dalam lingkungan perasaan tercermin dalam
cinta yang merupakan kesatuan dengan pribadi lain’ dengan semua manusia dan
dengan alam”.
LANJUTAN
LANJUTAN
0 wicara:
Posting Komentar