data-ad-format="auto"

DIALEKTIKA HUMANISME (Madzab SEMOLOWARU) 26





Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya



Kalau itu bisa dilakukan, alangkah indahnya, karena strategi tadi bisa dipakai membebaskan manusia dari belenggu!
        Dalam kaitannya dengan perencanaan takdir sejarah ke depan yang dapat dibuat oleh manusia, maka sudah seharusnya perencanaan itu diimplementasikan dalam realitas sosial. Bahwasanya belenggu–belenggu atas manusia yang membuatnya tidak berbahagia dalam hidupnya, adalah karena manusia telah sedemikian terjajah oleh kreasinya sendiri. Kreasi – kreasi sepanjang waktu yang dibiarkan berjalan begitu saja tanpa melalui perencanaan yang matang. Akibat tidak ada rencana terhadap jalannya takdir sejarah, maka ketidakbahagiaan manusia menjadi suatu yang harus ditanggung bersama pada skala teramat luas, bahkan manusia se bumi.
        Ketidakbahagiaan manusia adalah akibat dari tidak adanya perencanaan atas takdir yang dibuat oleh manusia itu sendiri di segala bidang takdir kehidupan manusia.
      Telah saya katakan di atas bahwa takdir sejarah ditentukan oleh pertautan dari ke semua dialektika. Ketiga dialektika di antara manusia, alam dan masyarakat yang berlangsung terus–menerus.
     Bahwa dialektika dalam kehidupan ini terdapat pertama, dialektika alam yang sesuai hukum alam; kedua, dialektika individu manusia yang berkisar antara tuntutan, kebutuhan dan pilihan. Di situ ia berdialektika dengan dirinya sendiri, ketiga adalah dialektika kolektif masyarakat manusia. Pada sisi lain, keempat, ia berdialektika secara serempak, dengan manusia lain, masyarakat, dan alam. Dialektika semacam inilah yang menggerakkan roda sejarah, dengan begitu maka perencanaan atas takdir sejarah itu semestinya ada padanya.

Beri satu contoh bagaimana memulai upaya strategi perencanaan sosial yang ideal bagi takdir sejarah tersebut!
      Contoh kongkritnya adalah seperti yang pernah diberikan oleh Fromm, bahwa mengenai bangunan karakter sosial yang lahir dari cara yang membangun hubungan dengan orang lain dan dirinya sendiri.
         Hubungan dirinya dengan orang lain ini lebih bersifat produktif. Manusia menjalin hubungan dengan kebebasan, otoaktivitas dan spontanitas, merupakan manifestasi dari orientasi produktif.
         Fromm, mengatakan “Orientasi yang produktif berarti manusia menyadari kemampuannya untuk membangun relasi yang aktif dan kreatif. Dalam lingkungan pikiran orientasi produktif terungkap dalam pemahaman tentang dunia dengan akal budinya: dalam lingkup tindakan terungkap dalam karya yang produktif; dalam lingkungan perasaan tercermin dalam cinta yang merupakan kesatuan dengan pribadi lain’ dengan semua manusia dan dengan alam”.

LANJUTAN


0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE