data-ad-format="auto"

DIALEKTIKA HUMANISME (Madzab SEMOLOWARU) 25





Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya




Bisakah takdir sejarah ini dibuatkan proyeksi atau dengan kata lain, strategi perencanaan takdir sejarah?
        Di atas telah saya jabarkan, ada anggapan yang selama ini berkembang di kalangan kaum historisisme, dengan mengambil contoh perbedaan ilmu alam dan ilmu sosial. Hanya saja anggapan semacam itu masih terlalu dini untuk kita setujui, oleh sebab walaupun bidang sosial sulit dilakukan generalisasi, sulit dilakukan eksperimen terkendali, selalu mengalami kebaruan dan kompleksitas faktor–faktornya, yang mana di dalamnya masih juga memungkinkan untuk dilakukan perencanaan atas perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki oleh manusia.
       Seperti yang pernah diungkapkan oleh Karl Popper, bahwa prognose sosial atau ramalan tatanan masyarakat ke depan dengan kompleksitas struktur sosial dan kerumitan yang unik, masih bisa direncanakan secara terkendali walaupun tidak absolut hasilnya.
        Menurut pendapat saya, justru dengan prognose–prognose sosial atau ramalan sebagai faktor–faktor pendukung, maka suatu perencanaan takdir sejarah ke depan cepat dilakukan oleh manusia. Berbagai prognose sosial, ramalah dan tindakan–tindakan kongkrit manusia adalah merupakan faktor. Dan faktor–faktor tersebut adalah merupakan pilihan. Jadi perencanaan takdir sejarah ke depan adalah didasarkan atas pilihan yang kita lakukan, dengan mengambil prognose A atau prognose B, masing–masing akan berakibat pada hasilnya sendiri–sendiri. Hasil–hasil dari pilihan yang kita ambil itulah yang sebelumnya harus direncanakan dan diperhitungkan secara matang.
         Memang begitu kompleks faktor–faktor pengiring yang akan turut serta dalam merumuskan takdir sejarah yang kita rencanakan dan kita jalani, namun faktor–faktor besarlah yang akan tetap dominan dan berpengaruh secara signifikan atas hasil–hasil sejarah ke depan nantinya.

LANJUTAN

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE