data-ad-format="auto"

DIALEKTIKA HUMANISME (Madzab SEMOLOWARU) 22





Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya




Bagaimana dengan perkembangan Iptek?
        Perlu diketahui, bahwa sejak perjalanan evolusi di jaman–jaman yang silam hingga di suatu ketika manusia diwujudkan sebagai makhluk baru pertama. Di mana syarat–syaratnya disediakan alam akibat perubahan ataupun seleksi makhluk–makhluk sebelumnya pada perjalanan evolusi alam. Manusia tersebut bukan hanya fisiknya saja yang berevolusi mengikuti kondisi geografis hukumnya; juga pikirannya.
        Di lain pihak, dalam hal evolusi pikiran manusia ini masih terjadi perdebatan, dan perdebatan itu bukan pada obyeknya melainkan lebih kepada faktor yang membuatnya berevolusi.
        Evolusi pikiran manusia ini terjadinya bersamaan dengan perubahan rongga otak yang ada pada dirinya. Di mana, pada suatu masa ukuran rongga otak manusia ini berubah menjadi lebih besar secara perlahan mengikuti kondisi hidupnya. Perubahan ukuran rongga otak yang lebih besar ini sudah barang tentu akan diikuti pula dengan kemampuan intelejensi atau daya pikir manusia.
     Penyebab yang dapat dilacak dari perubahan dramatis kemampuan intelegensi manusia purba ini adalah dapat dilacak dari temuan–temuan fosil dan benda–benda artefak karya mereka semasa hidup. Dari artefak tersebut dapatlah dilacak lebih jauh tentang cara hidupnya.
       Perubahan dramatis akan kemampuan intelegensi manusia ini disebabkan oleh adanya kerumitan dalam perburuan binatang besar. Faktor lain yang menjadi penyebab adalah penggunaan piranti, dan hidup dalam kelompok sosial yang terorganisasi dan saling berkaitan.
        Ada perubahan gaya hidup pada manusia ini, terutama pada kegiatan berburu. Manusia berjuta tahun yang lalu menghidupi dirinya dengan berburu jerapah, kuda nil, rusa, gajah dan sebagainya. Semua perburuan terhadap binatang tersebut menghendaki adanya keterampilan, matangnya perencanaan dan organisasi.
         Sebelumnya, manusia purba ini yang otaknya kecil, ia mampu membuat piranti dari batu, tulang serta kayu. Seperti yang pernah saya pelajari dalam antropologi, bahwa piranti dari batu itu misalnya adalah piranti pemotong besar, piranti pengikis, piranti penggali, dan piranti pemahat. Pembuatan atas piranti–piranti semacam itu mengindikasikan bahwa pada masa itu, manusia telah memiliki imajinasi yang cerdas. Bagaimana tidak, dengan imajinasi itu kita dapat melacak pengertian mereka tentang bentuk, bahan, pola, dan sebagainya terhadap piranti yang akan dibuatnya itu.
        Pembuatan piranti mengisyaratkan adanya imajinasi mengenai keadaan benda yang akan dibentuk, yang karenanya juga melahirkan kemampuan untuk menetukan urutan tindakan. Di lain pihak, nampaknya diperlukan adanya seperangkat kemampuan mental yang saling berkaitan untuk dapat menyampaikan rencana, meski secara kasar, layaknya dalam kegiatan berburu yang terorganisir.
         Dari hasil pelacakan atas bekas tempat tinggal mereka juga dapat ditandai, bahwa mereka pernah melakukan hidup bersama, ada perencanaan dan terjadi komunikasi antar mereka. Komunikasi semacam ini dalam perkembangannya memperluas kemungkinan kehidupan sosial yang terorganisasi dan pembagian pekerjaan.
           Ukuran tubuh yang lebih besar dan kekuatan fisik kaum pria agaknya bisa membenarkan dugaan bahwa kegiatan berburu binatang besar adalah semata–mata pekerjaan kaum pria. Dan kegiatan mengumpulkan makanan dari hutan juga berburu hewan kecil umumnya dilakukan oleh kaum wanita.
         Mengenai kegiatan berburu binatang kecil dan sifat alami kaum wanita untuk mengasuh anak dan mengumpulkan pangan nabati memungkinkan bentuk hidup baru seperti kegiatan membuat dan merawat piranti. Kegiatan menghimpun pengetahuan setempat dan usaha usaha untuk menyebarkannya, kegiatan yang dilakukan secara bekerja sama dari pada persaingan dan kegiatan penciptaan pola distribusi hasil–hasil panenan. Kegiatan–kegiatan ini pada gilirannya sangat berpengaruh pada intelegensi serta pola perilaku dan fisik yang bertalian seperti ketergantungan anak yang lebih lama. Keseluruhan pola melakukan evolusi bersama, yakni perubahan struktur fisik dan perilaku yang diturunkan baik secara genetik maupun secara sosial, saling berkaitan.
     Sekali lagi, berdasarkan antropologi, peningkatan taraf intelegensi dan pola kehidupan organisasi sosial ini dimungkinkan membawa ke tahapan lain, yaitu memiliki kesanggupan dan daya penyesuaian yang luar biasa terhadap alam lingkungannya.

LANJUTAN


0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE