Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya
FISIP Untag Surabaya
Mengapa menjadi begitu rumit? Tolong diperjelas!
Dalam kaitannya dengan bermacam dialektika tersebut perlu anda tahu mengenai dialektika satu persatu. Untuk sang pertama adalah dialektika alam.
Dalam dialektika alam tersebut kita bisa mengambil kesimpulan dari apa yang di paparkan Tan Malaka dalam Materialisme Dialektika Logika ( Medilog ) yang mengambil intisari dari buku Engels, Anti Duhring dikatakan disana “bahwa seluruh gerak alam itu bisa diikhtisarkan dengan peralihan energi yang tidak putus–putusnya, dari satu bentuk ke bentuk lain”. Lebih lanjut Tan Malaka mengikhtisarkan alam kita ini dengan matter in move, benda bergerak, karena gerakanlah yang menjadi sifat utama sebuah benda. Jadi dalam semua benda bergerak, kita mesti memakai dialektika. Kita mesti sadari bahwa semua benda di dunia tidak ada yang tepat, semua bergerak, berubah. Tumbuhan muncul dari bijinya, tumbuh, berbuah, dan mati. Zatnya kembai ke tanah. Logam berkarat dan luntur. Bintang yang besar sekali pun bergerak pada porosnya ( 1946, hal. 123, red )
Dalam beberapa hal saya setuju apa yang dikatakan Tan Malaka dalam bukunya itu; dengan catatan dalam beberapa hal lain masih ada yang dapat ditambahkan. Misalnya adalah tentang pendapatnya yang menyatakan bahwa yang utama bukanlah ruh (idea) atau kekuatan, melaikan benda atau matter. Kekuatan (idea) adalah lahir dari benda (matter). Tidak ada idea yang tidak lahir dari matter. Jadi yang paling utama, adanya idea atau kekuatan karena terlebih dulu sudah ada matter sebagai media yang mewujudkannya.
Pendapat Tan Malaka (Datuk Ibrahim) ini seolah–olah benar adanya. Seakan–akan pemikiran ini tidak mengandung cacat di dalamnya. Padahal menurut saya, kedua hal itu, yakni matter dan idea, satu sama lain tidak dapat berdiri sendiri. Matter tidak akan menjadi tanpa kekuatan (idea), demikian pula sebaliknya, kekuatan (Idea) tidak akan menjadi tanpa Matter. Jadi menurut saya, kedua–duanya harus ada bersamaan dan tidak terpisahkan satu sama lain.
Pendapat semacam ini saya dasarkan pada teori tentang evolusi semesta raya. Evolusi tentang perkembangan alam kejadian dan asal–usul. Dalam hal ini tentang yang terakhir, yakni asal–usul kejadian alam masih menjadi perdebatan sengit di antara pakar teori evolusi. Di samping itu ada sesuatu yang menurut logika, keduanya harus bersamaan dan tidak saling menang satu sama lain.
Bahwasanya, matter tidak akan menjadi sesuatu tanpa melalui proses, adalah kita yakini kebenarannya. Bahwasanya kekuatan (idea) tidak akan menjadi tanpa media matter juga kita yakini kebenarannya. Proses matter yang ‘menjadi’ tidak akan terjadi apabila matter itu tidak bergerak. Dan gerakan dari gerak matter tidak akan terjadi jika tidak ada kekuatan (idea) atau energi yang membuatnya bergerak. Demikian pula kekuatan atau ide tidak akan ada tanpa matter yang menjadi media dari pada kekuatan (idea). Setiap kekuatan sudah barang tentu berada pada media bernama matter.
Jadi dari pendapat anda itu, dapatkah disimpulkan bahwa terjadinya alam semesta (dengan sesuai alam semesta ada permulaannya) adalah karena adanya peran keduanya, baik matter dan kekuatan (idea) ?
Keduanya harus bersamaan, tidak terpisahkan dan satu sama lain saling menjadi dan mengadakan pada bentuk –bentuk baru yang selalu bergerak dan berubah sepanjang masa. Dan yang terpenting, keduanya aalah penggerak sejarah alam semesta raya ini.
LANJUTAN
LANJUTAN
0 wicara:
Posting Komentar