data-ad-format="auto"

K'tut Tantri wanita asing pedukung Indonesia



Oleh : Ragil Ajeng Pratiwi
Sumber data : National Geographic, Agustus 2015


"Kenangan untuk rakyat indonesia yang begitu mulia memberikan hidup mereka untuk merdeka(1945-1949) dan bagi mereka yang masih hidup yang akan melihat bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia," k'tut tantri.

               K'tut Tantri yang merupakan salah satu pedukung pemberontak bersama Bung Tomo. Berasal dari keluarga bangsa viking yang gemar berpetualang. Bernama asli Muriel Stuart walker yang lahir pada Sabtu, 18 Febuari 1899 di Glasgow, Skotlandia, Britania Raya. Merupakan anak tunggal dari pasangan James Hay Stuart Walker dan Laura Helen yang berasal dari pulau Man. Ayahnya wafat sebelum ia lahir karena penyakit yang diderita oleh Ayahnya sewaktu melakukan ekspedisi arkeologi ke Afrika. 
              Sekitar akhir tahun 1920 ia bersama Ibunya pindah menjadi warga Amerika Serikat. Dan sempat menikah dengan Karl Henning Pearsen. Dalam romantika pertemuannya dengan suaminya, pertemuan mereka bermula di sebuah gedung bioskop Hollywood Boulevard yang menyajikan film Bali, The Last Paradise pada 1932. Atas inpirasi film itulah darah petualang yang diwariskan oleh bangsanya membawanya pada Indonesia. 
             Seusai sampai Indonesia perla-
buhan pertama ialah Batavia,  Muriel bermobil menyusuri pesisir utara Jawa hingga pada akhirnya menemukan pulau yang menjadi tujuan utamanya di Indonesia yaitu Pulau Bali. Kedatangannya di Pulau Bali disambut baik oleh Raja Bangli Anak Agung Gede. Sang Raja mengangkatnya sebagai anak keempat, dan memberinya nama K'tut. Ia menetap di Bali pada tahun 1934 hingga kedatangan jepang. Ia menjadi tawanan Jepang. Selepas itu selama 2 tahun di kediri dan surabaya ia bergabung dengan Bung Tomo dalam radio pemberontakan. Dalam siarannya menggunakan bangsa inggris tersebut ia mengkritik Inggris yang  
kurang ajar lantaran memakai kedok Sekutu untuk memulihkan supremasi Belanda. 
          Bung Tomo pun mengenang Tantri dalam buku Revolusi di Nusa Damai. 
Atas siarannya dalam radio pemberontakan yang berada di Embong Mawar, Surabaya.
Boleh dikata Tantri merupakan salah satu dari seorang perintis hubungan persahabatan Australia-Indonesia. Buklet karyanya, Soerabaja Sue's Inside Story of Indonesia yang terbit di Sydney pada 1947, yang telah membuka simpati masyarakat Australia kepada perjuangan Indonesia. Dia pun menjadi warga Australia sejak 1985. 
            Tak banyak yang mengenalnya saat ini, ia seakan terlupakan oleh berjalannya waktu. Meskipun banyak yang meragukan atas cerita hidupnya dalam sebuah tulisan yang ia buat merupakan percampuran antara fakta dan fiksi. Namun, ketidak setujuannya atas penindasan yang dilakukan oleh Belanda mampu memberikan ide semangat dalam darah dan jiwa arek-arek Surabaya saat itu. Ia juga sangat mengutuk keras atas perlakuan para penjajah terhadap bangsa Indonesia. 
Meskipun harus bermusuhan sendiri dengan bangsa Belanda, ia merasa takdir hidupnya merupakan sebagaian dari bangsa Indonesia terutama kota Surabaya. 
             Harapannya kita pemuda dan pemudi bangsa Indonesia juga memberikan kontribusi terhadap Negara. Dalam berinovasi serta menanamkan rasa cinta air dengan semangat juang sama halnya dengan pejuang terdahulu. Bentuk tersebut belatarkan bahwa masih banyak kaum tertindas dan belum merdeka sampai saat ini. Dalam hal ini  bukan bearti penulis tak mampu memaafkan atas kejadian lampau yang dilakukan oleh kaum penjajah. Melainkan harapannya kita sebagai penerus bangsa mau mempelajari masa lalu bahwa bangsa kita pernah merasakan hina pina papa sesangsara akibat penindasan yang ada. Dengan cara cinta tanah air, tanpa penindasan bangsa lain. Mampu mengangkat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang dikenal seperti zaman leluhur terdahulu yaitu zaman kerajaan Indonesia.






0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE