“Dalam MEA kita dipaksa berdansa dalam lantai produksi kemudian lupa bagaimana caranya mengepalkan tangan” – petanihvrvf
Ditandai dengan kembang api yang dibeli dengan milyaran rupiah hingga menghabiskan tahun baru dengan kebisingan suara ratusan knalpot yang diamankan polisi. Kita seakan terlena dengan hingar bingar peralihan tahun yang sebenarnya menutupi agenda besar di awal tahun yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), dimanjakan dengan hari libur yang panjang kemudian tanpa kita sadari dipaksa menghamburkan uang yang selama ini kita kumpulkan untuk kegiatan konsumtif sampai tiba waktunya kita kembali ke lantai produksi.
Kita teralienasi dari kehidupan kita sendiri lantaran dialektika matrealisme yang diciptakan kapitalisme agar kita tidak mempunyai kontrol atas pekerjaan dan kehilangan otonom atas kehidupan. Sebab, pada dasarnya manusia adalah makhluk kreatif. Manusia membuat bentuk dari materi atau bahan di mana mereka mewujudkan jati diri kita ke dalam apa yang kita buat. Karena dalam masyarakat prakapitalis manusia akan menjadi utuh dengan barang yang mereka ciptakan sendiri ataupun dibarter dengan secara adil tanpa ada pihak yang merasa dirugikan.
Masyarakat kehilangan identitas diri mereka, mereka seakan menjadi prototype mesin kerja menuju one dimension man dimana teknologi sangat berperan sebagai kontrol sosial yang khas dan kecenderung totaliter menurut Marcuse. Jadi teknologi dalam perkembangannya tidak bisa dianggap netral, Karena dengan semakin pesatnya teknologi akan semakin melenggangkan kontrol sosial dan dominasi sosial yang sangat terasa dalam masyarakat. Sebagai contoh: Perkembangan smartphone dalam jangka 2-3 tahun akan selalu tersedia varian baru dalam hal software maupun hardware, ini akan mempengaruhi masyarakat bagaimana mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan teknologi sebagai penunjang kebutuhan sosial mereka.
Kemudian tertutupnya akses politis yang dipengaruhi dengan kemajuan teknologi sehingga terjadi perubahan relasi antar kelas dan hakikat kerja menurut Marx. Bila ini terjadi terus menerus akan semakin melemahnya kelas pekerja dengan kemajuan teknologi dan model yang serba instan (otomatis). Maka akan hanya tercipta satu kelas yang mendominasi yaitu kelas borjuis. Masuk kepada hal yang mengerikan akan penguasaan wacana dimana bahasa digunakan untuk melenggangkan totaliter di pusaran sistem produksi dan konsumsi ini masyarakat mau tidak mau terjebak dalam iklan yang memaksa mereka memenuhi kebutuhan yang seharusnya tidak dibutuhkan. Kemudian kapitalisme dengan mudah akan mengarahkan bagaimana masyarakat yang mereka inginkan. Kultur pun diperdagangkan hanya untuk meraup keuntungan, dimana masyarakat dipaksa untuk menikmati sesuatu yang seharusnya melalui proses kemudian dimudahkan dengan kenikmatan segera yang diterima secara instan.
Maka sampailah aku dan kamu diantarkan oleh MEA menjadi masyarakat satu dimensi dimana semua digerakkan oleh satu otoritas yang sangat totaliter didukung oleh perkembangan teknologi dan dibantu oleh lemahnya kita karena akses menuju teknologi tertinggal jauh. Maka akan ada waktu dimana kita akan berdansa di mall, kampus, atau pesta ulang tahun dengan tanpa kepala dimana tubuh kita digerakkan oleh kapitalisme tanpa kita bisa mengontrolnya karena kita sudah menembak kepala kita sendiri.
0 wicara:
Posting Komentar