Achluddin Ibnu Rochim
Hanya ada satu kata: LAWAN!
Sebuah jargon lahir dari mulut anak muda di tahun 90 an. Bukan dari orang tua.
Kita pun maklum, sebab bidang orang tua adalah petuah, bukan agitasi.
Widji Thukul, tahu ini. Maka dia pun meneriakkan sajak. Lantas anak muda bersorak sorai. Orang tua lalu kebat kebit. Cemas. Ada perubahan sikap pada anak anak mereka.
Sebuah jargon lahir dari mulut anak muda di tahun 90 an. Bukan dari orang tua.
Kita pun maklum, sebab bidang orang tua adalah petuah, bukan agitasi.
Widji Thukul, tahu ini. Maka dia pun meneriakkan sajak. Lantas anak muda bersorak sorai. Orang tua lalu kebat kebit. Cemas. Ada perubahan sikap pada anak anak mereka.
Pemerintah ikut panik. Negara merasa diancam. Keselamatan Nasional sedang berada di bawah rongrongan puisi.
Widji Thukul tidak sendiri. Di sudut lain, negeri ini, juga berkumandang perlawanan dalam wujud lain: Ada Gerakan fashion dan musik, di sana.
Siapakah mereka?
Bertingkah laku anarki, berpotongan rambut ala suku Indian, mohawk, di antaranya pangkas rambut ala FeatherCut dengan warna warni terang, bersepatu boots, kenakan rantai dan spike, berjaket kulit, bercelana ketat jeans dan berbaju lecek. Kumal namun sangar.
Anak anak muda yang membangkang, tapi tak mau berada di barisan para demonstran. Mereka memutuskan perlawanan dengan cara mereka sendiri.
Cara kami adalah cara musik, juga cara fashion. Cara Punker!
Di tangan Punker, musik, juga fashion, menjadi sejenis ihtiar tersendiri. Lahir dari rahim notasi dan warna kegalauan sosial.
Punk adalah sebuah kiat, dari anak muda yang bosan. Jemu dengan moralitas rendah praktek politik para penguasa.
Musik, juga fasion. Siapa nyana media ini bisa menjadi corong pembangkangan. Juga bisa dipakai alat menggebuk kemerosotan akhlak para pemimpin.
Tengoklah Paman Sam. Wajahnya pernah merasakan, bagaimana bilur ditampar musik, ditonjok fashion.
Kegagalan tehnokrasi ekonomi ala Reaganomic, juga jatuhnya kota Saigon, dari tentara Amerika oleh barisan tani bercaping di Perang Vietnam tahun 1980 an memberi andil besar dalam melambungkan Musik dan Fashion ala Punk. Band band bergenre Punk generasi kedua menetas di seputar 1980-1984 ini. Di sana ada Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead Kennedys dari Amerika.
Ruh Anarkisme tiba tiba memperoleh jasadnya di sini, lalu mengubah kaum Punk menjadi Rebellious Thinkers, berjiwa pemberontak. Punk tidak sekedar memuja Rock n Roll. Grudak gruduk, ke sana ke mari, ber pogo. Tapi Punk juga menggugat para pengurus negara yang tak becus berbenah.
Saat kaum pekerja negeri itu dibelit persoalan ekonomi, juga keuangan, akibat dari kemerosotan moral para tokoh politik, dengan muara terdongkraknya angka pengangguran dan kriminalitas pada tingkat ketar ketir, Punk hadir di sana. Menjadi kuman pengganggu.
Sebuah genre yang datang sebagai imigran dari London, Inggris. Ia menjadi sub-kultur tersendiri. Menemukan domainnya pada kehidupan ideologis.
Aliran musik ini membawa anak anak Punk yang tak puas, yang memastikan diri untuk tidak bermain pada nada nada rock dengan teknik tinggi.
Di sana, jangan harap anda bertemu dengan lagu cinta yang menyayat hati, atau lagu melo mendayu dayu.
Tak akan ada.
Mereka tidak menangis dengan lagu. Mereka justeru menghardik dengan keras lewat lagu-lagu Punk. Nyanyian yang lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya hidup.
Punk adalah pantulan gema, dari suara kehidupan anak anak kaum pekerja, manakala, saban hari, dihadapkan pada ketidakberesan negara, juga para tokoh pemimpinnya.
Lirik lirik musiknya, seolah bertutur pada kita tentang apa itu ideologi, sosial, politik, ekonomi, lingkungan hidup, juga agama. Tentu saja, musik dengan lirik sekuat itu, akan bisa seperti propaganda. Laksana histeria massa dibawah orasi sang Fuhrer yang berkobar. Bisa seperti gaung, pidato Musa pada Bani Israil yang tertindas Firaun, di bukit Tursina. Menghipnosis.
Musik Punk memang sederhana, tapi seringkali kasar, dengan beat cepat. Hentak menghentak. Menghantam layaknya tinju yang menjotos. Pada setiap pukulannya mengalir energi geram. Marah pada banyak hal yang tak mampu terbeli oleh orang orang kecil. Pada produk industri yang serba mahal.
Masa di mana depresi menjepit perut, musik Punk bersikap menantang. Generasi Punk melawan harga Bir dengan Glue Sniffer, lem berbau tajam. Mencemooh kemapanan stagnasi dengan berkeliaran di jalanan, menggelandang. Mengejek formalitas mode dengan fashion unik yang dikenakan.
Motto 'We Can Do It Ourselves' betul betul menjadi keyakinan yang mereka imani.
Punk adalah agama dalam bermusik. Sekte anti sosial, dari kelas rendah, pemabuk yang tercerahkan. Punk berjalan menapaki zaman di mana moralitas pemimpin negeri di bawah garis dasar.
Di tengah perjalanan, Punk menjadi barisan para musisi sempalan yang serentak melawan industri label. Dominasi The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley, sebagai musisi rock penyokong masyarakat mapan. Sekaligus antek antek dari industri musik. Menancapkan Kekecewaan mendalam bagi musisi rock kelas bawah. Dari sini indie label lahir berhadapan dengan label bertaraf internasional.
Punk adalah makian, amarah sang korban. Kegelisahan usia muda, manakala akses biaya pada pendidikan begitu sulit, sebagian besar menganggur, sebagian kecil kerja kasar, dan hidup di bawah desakan represi aparat, pemerintah dan penguasa. Karenanya musik dengan lagu raung cacian atas kegetiran akan terasa aneh jika diyanyikan dengan santun. Punk tak menyanyi dengan takzim. Punk menyanyi dengan kepalan tangan, juga kaki yang menendang.
Anak muda dalam kepungan frustrasi yang menghimpit, berbaur dengan api kemarahan, juga kejenuhan membeban benak, pada persimpangan arus bertaut dengan hukum jalanan, maka lumrah jika kepalan tangan menonjok langit menandai posisi musik Punk sebagai musik Rock n Roll beraliran kiri. Musiknya kaum anti negara.
Dengan genre keras semacam itu stasiun televisi atau perusahaan rekaman manakah yang berani mengorbitkan mereka?
Tidak ada.
Tapi Punk tak peduli, bahkan mengejek MTv terang terngan. Pada album Heavy Petting Zoo, mereka mengolok olok , 'No Thank's for MTV, quiet bugging us', 'No Thank's for commercial radio, quiet palying us'.
Pada titik inilah anarkisme Punk semakin menggila. Ideologi Anarkisme yang pernah diusung oleh band band Punk generasi pertama, era 1972-1978, melalui Sex Pistols dan The Clash, menjadi ilham.
Punk, secara total ideologi, menjadi pengikut radikal William Godwin, Pierre Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, menolak negara.
Fasion dan musik adalah satu satunya pilihan jalan bagi mereka untuk menyadarkan dunia.
"Maaf, kami sudah tidak percaya pada otoritas negara, masyarakat, maupun industri: musik ataupun mode."
Dan ketika hukum negara tak lagi berlaku untuk kami, maka kami, Punk, memilih etika kami sendiri, Etika DIY: Do it Yourself!
Dan di paragraf terakhir ini, saya menjadi gamang.
Karena para pemimpin negeri ini sudah sulit tertolong dari kerendahan moralitas yang menjangkiti mereka.
Keruntuhan moral, persis seperti cemooh sebuah nomor dari NOFX yang menghardik para bedebah di jajaran negara, dengan judul Perfect Government.
".....Even if it's easy to be free
What's your definition of freedom?
And who the fuck are you, anyway?
Who the fuck are they?
Who the fuck am I to say?
What the fuck is really going on?
How did the cat get so fat?
Why does the family die?
Do you care why?
Cause there hasn't been a sign
Of anything gettin' better in the ghetto
People's fed up
But when they get up
You point your fuckin' finger
You racist, you bigot
But that's not the problem
Now is it?
It's all about the money
Political power is takin
Protecting the rich, denying the poor
Yeah, they love to watch the war from the White House
And I wonder…
How can they sleep at night?
How can they sleep at night?
How did the cat get so fat?
How did the cat get so fat?
How did the cat get so fat?
How did the cat get so fat?
........"
Saya juga tak nyenyak tidur.
Akankah anak anak muda kita, secara massive, mengikuti jalan Punk ini?
Mungkin saja, ya, untuk sebagian.
Pada sebagian yang lain, saya kira Punk hanya dimaknai sebatas pergi ke salon: pangkas rambut!
0 wicara:
Posting Komentar