Oleh Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag SURABAYA
Demi jauh yang meluaskan jarak...
Sering kucari diam-diam sosokmu,
di antara mewah para pedansa,
pada pesta yang tak mampu kumasuki.
FISIP Untag SURABAYA
Demi jauh yang meluaskan jarak...
Sering kucari diam-diam sosokmu,
di antara mewah para pedansa,
pada pesta yang tak mampu kumasuki.
Kadang ku berharap bisa melihat senyummu,
di tengah tawa perjamuan,
lingkar petinggi yang terlarang kuhadiri.
di tengah tawa perjamuan,
lingkar petinggi yang terlarang kuhadiri.
Kerap kuingin menatap wajahmu,
dari televisi acara berita,
entah tayangkan sosialita apa.
Kau tetap merupa figur bayangan,
dengan kangen yang dibungkamkan.
Menyayangiku dari balik sunyi.
Menyapa lirih ketika orang lain sedang lena.
Hanya berani berbisik di ujung telepon sana.
Berhati-hati mengucap rindu di tengah malam,
ketika sang tabu tergolek pulas karena lalai.
Cinta rahasia ini seperti dongeng,
indah bagi penyaksi, tragedi untuk yang jalani.
Dipertemukan oleh kegelapan,
namun dipisahkan oleh terang.
Sungguh siksa dengan tikaman bertubi tubi.
Ketahuilah...
Aku membenci kisah kita ini.
dari televisi acara berita,
entah tayangkan sosialita apa.
Kau tetap merupa figur bayangan,
dengan kangen yang dibungkamkan.
Menyayangiku dari balik sunyi.
Menyapa lirih ketika orang lain sedang lena.
Hanya berani berbisik di ujung telepon sana.
Berhati-hati mengucap rindu di tengah malam,
ketika sang tabu tergolek pulas karena lalai.
Cinta rahasia ini seperti dongeng,
indah bagi penyaksi, tragedi untuk yang jalani.
Dipertemukan oleh kegelapan,
namun dipisahkan oleh terang.
Sungguh siksa dengan tikaman bertubi tubi.
Ketahuilah...
Aku membenci kisah kita ini.
0 wicara:
Posting Komentar