Jam dinding masih berputar, malam pun masih gelap.
Malam, aku dan kesunyian.
Waktu pun serasa berjalan mundur ke belakang.
Sekejap ingatanku melayang dalam kesadaran.
Aku, kamu dan kalian, terlantar.
Aku, kamu dan kalian, terlantar.
Terdampar di sudut-sudut gedung intelektualitas.
Bukan kemewahan, pun popularitas.
Aku sekarang tau,
Kau, aku dan kalian lahir dari puing-puing kehancuran.
Mozaik-mozaik rerentuhan dari gedung-gedung intelektualitas mulai kita kumpulkan.
Aku, kamu dan kalian, jalan senja pun kita tempuh.
Ribuan tawa dan air mata menghiasi jalan kita.
Sejuta impian kala senja mulai tengelam dari labuhan mata.
Kala malam mulai memakan sinarnya. masih ingatkah kau kawanku, jalan senja yang pernah kita tempati untuk meramuh puing-puing rerentuhan bangunan yang tak tau bentuknya.
Kau, aku dan kalian.
Rindu dalam syahdu.
Wajah mu satu persatu masih terpampang jelas dalam ingatanku, kala aku duduk dijalan ini. "Jalan senja"
Dari ku yang merindu mu: Teteh, mbak May, cak Anam, Irma, Angga, Ro'is dan Santoso.
Dari ku yang merindu mu: Teteh, mbak May, cak Anam, Irma, Angga, Ro'is dan Santoso.
0 wicara:
Posting Komentar