Oleh: Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya
FISIP Untag Surabaya
Sebelum ini kita telah dibuat letih.
Ingatan purba kita pernah saling mencari.
Di alam yang entah ke berapa.
Kendati pangling rasa dilapis kabut lupa,
Dua rindu abadi bergulung gulung minta bertemu.
Menakar jarak, mengukur usia hingga tiba di dunia sekarang.
Sayangnya, perjumpaan ini pun terlarang jua.
Jasad mu, juga jasad ku, terhalang oleh tabu.
Kepantasan, juga kepatutan tradisi,
Keji memisahkan, sekali lagi.
Keji memisahkan, sekali lagi.
Bila aku diharamkan darimu, tuk bertaut,
Baiklah, aku kan sabar menanti ujung hari.
Saat ruhmu terlepas dari raga cantik molekmu,
Dan ruhku moksa menolak wadag rombeng tua,
Dan ruhku moksa menolak wadag rombeng tua,
Tunggulah aku di tempat dan zaman mu yang baru,
Duhai, Kekasih azaliku.
Akan ku cari engkau di tujuh ribu dunia,
Dan aku datangi di tujuh laksa alam mana saja,
Meski dalam jutaan rupa rupa wujudmu,
Magnet ingatan ini kan mengenali tanda.Meski dalam jutaan rupa rupa wujudmu,
Hingga dua Ruh kita ini manunggal,
Dalam cinta sejati,
Di kesenyapan Tuhan.
Dalam cinta sejati,
Di kesenyapan Tuhan.
0 wicara:
Posting Komentar