Maunya ini, maunya itu. Inginya seperti ini dan inginya seperti itu.
Dunia tak asik, negara pun tak seindah imaji, hidup hanya bayang-bayang penderitaan.
Kalimat itu begitu liar keluar dari mulut busuk ku.
Lelah
pun tak lagi bisa ku tahan. Waktu terus berjalan, bumi pun masih
ber-rotasi sesuai porosnya. Matahari masih terbit dari ufuk timur dan
tengelam di ufuk barat. Tanda-tanda akhir zaman pun belum nampak.
Tukang becak masih mengayuh becaknya untuk memenuhi kebutuhanya. Petani masih menanam dikebun, begitu juga dengan pasar yang masih melakukan aktifitas transaksi jual-beli.
Tukang becak masih mengayuh becaknya untuk memenuhi kebutuhanya. Petani masih menanam dikebun, begitu juga dengan pasar yang masih melakukan aktifitas transaksi jual-beli.
Guru dan dosen masih mengajarkan ketamakan dan
kerakusan di sekolah dan universitas. Ulama dan kiyai masih berkhotbah
di televisi dan mimbar masjid, menyampaikan ilusi - ilusi suci. Seniman dan
budayawan masih membuat hiburan rakyat dan propagada gelap dibalik tirai
estetika. Corporate sedang merancang strategi penghisapan moderen.
Pemerintah dan birokrat sibuk menyusun dalil - dalil hukum dalam upaya merampok
secara jama'ah.
Siswa dan Mahasiswa sibuk mengejar angka - angka dan berharap mampu membawanya pada kesejahteraan kelak.Lembaga
negara dan swasta bergotong-royong untuk melindungi diri dari jeratan
malaikat. Kepolisian dan tentara berebut porsi makan. Ormas dan
Ormawa, menyelinap dalam sendi-sendi kepentingan popularitas semu.
Semua
bicara tetang kebanaran, semuanya bersandarkan idealisme juga
individualisme.
Senja masih menyapa merona diujung simpang baru kota
santri. Burung masih berkicau dan berterbangan mencari tepat bermain yang
tak kunjung ditemui. Pepohonan yang biasa disinggahi kini telah hilang
termakan kerakusan-kerakusan manusia. Dengan dalil-dalil pembangunan
kota, burung-burung pun harus menerima nasib untuk bermigrasi mencari
tempat tinggal. Sesekali burung - burung itu menyapa dengan senyum sinis, lalu
bergegas terbang lagi.
Pemerintah seharusnya berhenti menjadi dewa
dalam permainan-permainan semu. Agamawan jangan belagak jadi "tuhan" dan
memperjuangkan atas nama Tuhan. Ilmuan, berhentilah untuk menyombongkan
intelektualitasmu!!!
Sesunguhnya itulah yang menciptakan ketidak-adlian dan kemelaratan serta kerusakan yang membumi ayu dalam sendi-sendi kehidupan. Stop!! Dari detik ini! ~=-) ~=-)
Sesunguhnya itulah yang menciptakan ketidak-adlian dan kemelaratan serta kerusakan yang membumi ayu dalam sendi-sendi kehidupan. Stop!! Dari detik ini! ~=-) ~=-)
Senja pun pergi dengan
malu-malu. Awan hitam pun menyelimuti semesta. Namun hujan tak kunjung
turun, begitu juga dengan rembulan yang engan muncul.
Lelahku mungkin sudah diujung ubun-ubun. Kaki pun tak lagi mampu melangkah. Mata ini malas untuk memandang apapun. Telinga pun serasa tuli. Mulut enggan berbicara atau membaca. Indra ini telah lumpuh.
Tamu yang tak diundang pun datang, iya, dia kawan yang biasanya berdiskusi denganku mengenai politik, ekonomi dan sebgainya. Dari masalah pribadi hinga multi nasional pun biasa kita diskusikan.
Ahh sudahlah, hari ini tubuh dan indraku sudah amat lelah. Otakku pun tak lagi bisa berfikir.
Teriakan dan gedoran pintu menjebol dinding kesadaranku. Aku pun tak bisa menolak itu.
Diskusi pun berjalan seperti biasa. Adu argumentasi pun tak terhindarkan, dan aku hanya diam meski telinga ini mendengar perbincangan yang terjadi.
Teriakan dan gedoran pintu menjebol dinding kesadaranku. Aku pun tak bisa menolak itu.
Diskusi pun berjalan seperti biasa. Adu argumentasi pun tak terhindarkan, dan aku hanya diam meski telinga ini mendengar perbincangan yang terjadi.
Dunia tak asik lagi, pikirku. Realita yang terjadi? Negara tak seindah
imajiku, korupsi sudah membudaya, hukum pun jadi permainan sekelompok
golongan berkepentingan. Rakyat terpecundangi oleh wajah ramah yang
memperlihatkan kepudilian, namun itu hanya kamuflase. Sedangkan
Aset-aset negara dilepas seperti burung merpati. Rakyat dilepas di alam
pasar bebas yang tamak dan rakus. Oramas hanya dijadikan alat untuk
mendaptkan kekuasaan.
Pendidikan hanya mengajarkan untuk bersaing dalam memenuhi hasrat keinginan.
Sedangkan ormawa ditungangi kepentingan-kepentingan yang berselimut idialisme, atau hanya untuk mancari popularitas semu.
Sedangkan ormawa ditungangi kepentingan-kepentingan yang berselimut idialisme, atau hanya untuk mancari popularitas semu.
Awan hitam benar - benar menyelimuti semesta. Budayawan dan seniman berhenti membuat hiburan-hiburan yang menjerumuskan. Agamawan hanya mengajarkan ilusi-ilusi surga.
Seluruh tindakan sudah dijalani. Logika dan rasio tak mampu menerjemahkan realita.
Ajaran-ajaran pemerintahan dari zaman ortodoks samapai moderen sudah diterapkan: dari monarcy, sosials, trias politica, sampai libralis universal tak mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan.
Sebab ajaran-ajaran itu adalah kamuflase keangkuhan manusia.
3 wicara:
Istirahat mas mail, istirahat.. tapi nanti jangan lupa bangun lagi yaaa
Huhuhuhuhuu......
Posting Komentar