data-ad-format="auto"

Pendekar si pemain biola

Malampun semakin larut, nampaknya tak ada yang berbeda bagi seorang pendekar bangsa dalam pengamdiaanya terhadap negara. Ia bukan, menjadi pahlawan kesiangan yang selalu maju didepan terdahulu setelah dipanggil para penggemarnya. Ia layak robin hood menyelamatkan setiap insan dengan cara mencuri ilmu setiap apa yang diperolehnya untuk anak didiknya. "Bagaimana tidak banyak yang mengagguminya sebagai bapak robin hood untuk anak-anaknya," jelas salah seorang anaknya sambil berteriak lantang dihadapan rumah ilmunya yang setiap hari iya kunjungi. Mata seorang pendekar itu selalu memelas, kepada anak didiknya, bukan karna suatu hal yang ia harap untuk dirinya saja. Tetapi mimpi-mimpi anak didiknya yang ia takuti bila kelak tak jadi. Sikap santai dan mudah akrab tak lupa membuat dirinya dianggap seperti teman untuk anak didiknya. Mungkin tak semua dewan suro yang nyentrik itu akan mau membagi waktu keluarganya untuk rumah ilmu yang tak sebanding dengan apa yang ia peroleh. Ia menanamkan jiwa sastra kepada kaum intelektual, dengan harapan "orang pandai,lebih baik juga mencintai sastra". Karena sastra sendiri banyak macam hal baginya. Bukan soal penilainya dari setiap hasil sastra yang dihasilkan seseorang. "Semua sastra bagus," bijaknya kepada anak didiknya. Terus, bagaimana dengan biola yang dimiliki pendekar itu? Apakah pendekar robin hood itu hanya memainkan seperti Seseoarang yang sedang memainkan gamelan? "Lah ndok pikir, ia memainkan biola dengan cara dipukul" gempar dari salah seorang anak didiknya bersama dengan asap rokok yang dihisapnya. Permainan biolanya pun tak dapat diungkapkan, saat ia bermain, pendekar robin hood seperti menari dengan jari lentiknya dan diiringi bait kata indah yang merangsang seseorang bangun dari kantuknya untuk menengok dari mana suara itu berasal. Ia bagaikan sedang membuka mini teather dengan lampu redup seadanya. Kalau dibilang pertunjukannya bisa dibilang mahal untuk orang lain yang tak pernah melihat pertunjukkan drama dengan karakter baru yaitu pendekar robin hood dengan permainan biolanya. Setiap keheningan yang diciptakan oleh anak didiknya, mereka tergugah, mereka yang disebut kaum intelektual tersebut menciptakan mimpi mereka, yang konon mereka tanamkan pada satu pohon sawo yang akan dikenang bila mereka sudah menjadi matahari dan ada waktunya menjadi pelangi untuk negaranya.

6 wicara:

Cafepena mengatakan...

kalah start sama dewan surooo.... :(
aku po'o di uraikan dalam bait-bait tulisanmu ndok... :)

Ragil Ajeng Pratiwi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ragil Ajeng Pratiwi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ragil Ajeng Pratiwi mengatakan...

Wkwk siaaap,tak buat biografimu mas

Cafepena mengatakan...

hahahaha.... siip".... :)

www.pusat-grosir-surabaya.blogspot.com mengatakan...

Wellehhh... Mail ini kok ngikutin aja hihihihihiiii

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE