Oleh: Kusum Ndaru
Mahasiswa Psikologi UNTAG Surabaya
Mahasiswa Psikologi UNTAG Surabaya
Dewasa ini dengan kehadiran berbagai macam kemudahan dalam hidup, mulai dari smartphone, ojek online, online shop, internet, dan berbagai macam produk revolusi industri 4.0. dengan munculnya berbagai macam piranti yang hebat ini hiodup manusia harusnya menjadi lebih mudah, nyaman, efisien, banyak waktu luang yang dapat di manfaatkan untuk santai dan bermain dengan keluarga,teman, pacar. Namun dalam kenyataanya kemunculan piranti-piranti ini tidak dapat menyelesaikan persoalan utopis tersebut. Manusia bukan lagi menjadi homo sapiens “manusia cerdas atau bijak” malah menjadi “homo konsumen” diaman manusia mengkonsumsi yang bertujuanya hanayalah untuk memiliki sebanyak-banyaknya dan menggunakan lebih. Secara psikologis memaksa manusia untuk memnuhi kebutuhan yang manusia rasakan sebagai kebutuhan, bukan lagi kebutuhan yang memang di butuhkan. Tanpa memikirkan barang yang di beli memang di butuhkan atau hanya menonjolkan eksistensi diri agar poppuler di lingkunganya, yang selalu update dalam tren-tren berbagai macam mode, mulai pakaian, teknologi, film, lagu, dan lainya.
Bila kita mau melihat teknologi dengan pikiran yang jernih, sebenarnya tidak ada fungsi yang maju sama sekali dari teknologi yang di ciptakan pada revolusi Industri 4.0 sejak homo sapiens menetap di bumi. Pesawat ulang-alik, mobil, becak, kapal, perahu, kuda, dan kaki sama-sama media atau alat yang memindahkan tempat, smartphone,telfon kabel, surat, dan pita suara meeupakan media untuk berkomunikasi. Lalu dsri mana kemajuan peradaban ini dinilai?
Berbagai aktivitas saat ini lebih banyak di lakukan di kampung maya, melalui akun-akun sosial media. Bahkan aktivitas berfikir manusia saat ini telah tergantikan oleh mesin pencari di smartphone, memasak, mencari jawaban soal ujian, presentasi di kelas dan sebagainya di lakukan dalam benda kecil “smarphone”. Semuah destinasi liburan, makanan, film, buku bacaan telah di sajikan melalui smartphone melalui tren-tren di kampung maya. Apakah semua aktivitas ini dapat menyegarkan kehausan akan kejenuhan hiudp?. Kenyataanya aktivitas semcam itu seperti air gara ayng di minum oleh manusia yang haus, justru menambah kehausan akan kebahagian dan kenyamanan. Sehinggga muncul sebuah pertanyaan bagi saya, apakah kehadiran teknologi itu perlu dan bermanfaat bagi manusia?
Praktiknya manusia seakan di belengguh dengan kebutuhan-kebutuhan tambahan demi menunjukan eksistensi akan ke-akuanya. Pada awalnya semua barang-barang di sajikan dengan harga yang murah, smarphone murah dan harga paketan yang murah pula, namun lambat laun setelah manusia terkondisikan harga komoditi ini akan meningkat dengan berbagai bumbu keunggulan yang lain.
Sekarng pengeluaran manusia bertambah lagi untuk membeli paketan internet. Di dalam smartphone di sediakan berbagai applikasi gratis yang nyatanya di gunakan untuk menyedot paket data, semisal youtube, game dan instagram. Manusia mencari kepuasan dengan mendapatkan kebahagaan melalui aktivitas yang di hasilkan oleh perkawinan diri dengan teknologi, datang ketempat yang trend, makan maknan yang trend, pakai pakaiaan yang trendi, bahkan berperilaku sesuai dengan trend, namun kebahagiaan ini haay bersifat semu. Karena semua itu bukan sesuatu yang manusia butuhkan, hanya mansuia menggap itu di butuhkanya.manusia semaam ini tidak hidup nyaris tanpa perasaan.
Melihat kejadian bom bunuh diri di surabaya yang melibatkan anak patut menunjukan matinya perasaan manusia, kekerasan dan kejatan lainya yang kengatas namakan kebenaran subyektif, pengebirian pemikiran yang di lakukan sejak anak-anak dengan pembatasan berfikir dan mengekpresikan diri melalui sistem pendidikan maupun sistem sosial. Di tambah lagi munculnya internet yang memberikan ruang gerak lebar bagi people power untuk membentuk masyarakat. Nampaknya perasaan manusia telah terkondisikan, Hilangnya keyakinan religius dan nilai-nilai kemanusian karena mansuia sekarang cenderung memusatkan pada nilai-nilai teknik dan nilai materil, mengakibatkkan hilangnya kemampuan manusia untuk merasakan perasan terdalam, yaitu kenikmatan dan kesedihan.
Kutipan singkat seoarang bankir pemimpin penanaman modal dalam buku the standars we raise “pakaian akan di beli menurut kegunaanya, makanan akan dibeli berdasarkan atas nilai ekonomi dan nilai gizi, mobil akan dilucuti sampai pada hal-hal yang di perlukan dan di pertahankan selagi masih hidup dan dapat di pakai 10 sampai 15 tahun penuh, rumah akan di bangun dan dio pertahankan untuk sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan tempat perlindungan, tanpa memperdulikan gaya atau tetangga dekat. Dan apakah yang akan terjadi dengan pasar yang bergantung pada model-model baru, gaya baru dan ide-ide baru?” produksi tidak mempercayakan kebutuhan dan keinginan konsumen, melalui iklan dan promosi manusia di cabut dari akar kebutuhanya untuk memenuhi kebutuhan lain yang tidak perlu. Ini menjawab pertanyaa di atas bahwa barang-barang yang di ganderungi meupakan hal ayng tidak berguna, dan dalam waktu yang sama orang-orang yang tidak berguna.
Kebanyakan manusia saat ini aktif tetapi mereka sesungguhnyaa tidak mengerjakan apapun, manusai mentransformasikan waktu dan uang mereka pada bentuk aktivitas l;ain. Jika anda tidak aktif mencari uang maka anda aktif mengendarai kendaraan berputar-putar, main di mall, memainkan smartphone atau sekedar omong kosong. Menjadi memprihatinkan ketika manusia tidak memiliki apa yang mesti di kerjakan “hanya mengscroll layar smartphone ke kanan dan ke kiri”. Bahanya lagi ketia kebanyakan berfikir bahwa mereka sangat aktif tidak menyadari akan kenyataan bahwa mereka sesungguhnya sangat pasif walaupun tampaknya sangat sibuk. Manusia terus menerus memmerlukan rangsangan dari luar, berupa obrolan tentang orang lain, tontonan di gedung film, highlight di smarphone.
Peradapan gagal memuaskan kebutuhan terdalam manusia, konflik kerasan, kejahatn, peristiwa yang menguras air mata dan kepedihan masih saja terjadi. Kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijaksana atau bodoh, lebih kuat atau lemah, lebih berani atau menjadi pengecut. Setiap waktu adalah kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik atau lebih buruk. Ketika mansuia tidak dapat menciptakan hidup, maka ia akan menghancurkanya. Dia menuntut hidupnya sendiri karena ia “tidak hidup” sehingga manusai menghancurkan dirinya atau menghancurkan hidup orang lain. Bhakan manusia saat ini gagap dalam mendefinisikan tenatng cinta, kegagalan dalam mengungkapkan makna cinta terjadi tidak adanya pengalaman dalam bersentuhan dengan cinta. Orang-orang barat telah lari kedalam keilmuan timur untuk memenuhi kegagalan peradaban ini. Menggunakan meditasi,yoga,spritual, dan agama untuk mendapatkan kesehatan mental. Sedangkan masyrakat indoneisa lari dari peradapan yang saat ini di kejar oleh manusia barat, dan mengejar peradaban yang ditinggalkan oleh mansua barat.
Kita masih punya harapan, karena harapan merupakan unsur terpenting dalam setiap upaya mengadakan perubahan sosial menjadi lebih baik, lebih sadar dan lebih berakal. Sya mengutip dari bukuprinciple of political economy karya J.S. Mill “saya berterus terang bahwa saya tiak tertarik pada ide kehidupan yang dipegangi oleh orang yang berfikir negara yang ideal bagi manusia adalah negara yang berjuang untuk maju, yang menindas, menumpas, menggasak dan meggencet orang lain, membentuk terwujudnya tipe kehidupan sosial, menjadi pertimangan umat mansuai. Atau , simptom simptom apapun yang tidak mengenakkan dari salah seorangyang menekankan bahwa kemajuan industri. Bahkan yang paling sesuai adalah bahwa orang yang kaya menjadi kuat, tumbuh sekaya mungkin menjadi ambisi umum, jalan untuk meraihnya terbuka bagi semua orang, tanpa ada sikap lebih mengutamakan dan memihak. Tetapi menurut saya, negra yang paling ideal adalah bahwa, tidak ada seorang pun yang miskin, tidak ada seorangpun yang berambisi untuk kaya, sehingga tidak ada lasan apapun untuk merasa kwatir jangan-jangan ditikan dari belakang oleh orang-orang yang berusaha memajukan diri sendiri”
Bila cinta sudah hilang, intelektual bergantung oleh google, matinya perasaan, dan perilaku mengikuti trend, semua telah digadaikan dengan teknologi!. Lantas apa yang dapat di harapkan oleh genasi milenial, generai bonus demografi yang prematur kognitif, afeksi,dan konasinya?
0 wicara:
Posting Komentar