Oleh Kusuma Ndaru
F. Psikologi Untag SURABAYA
Isu agama tidak habis-habisnya di goyang di negeri ini, namun megapa kasus serupa yang
berkenaan dengan agama begitu mudah menggoyahkan ketentraman masyarakat
indonesia. konflik, kekerasan, diskriminasi , dan bentuk keremeh temehan
manusia lainya terhadap manusia lain seakan menjadi warna dalam kehidupan
sehari hari di berbagai belahan dunia manapun. Dalam pandangan kaum abrahamik
(yahudi,Kristen dan islam) konflik pertama kali di dunia bahkan
sampai merenggut nyawa manusia adalah konflik kedua anak adam (qabil dan habil)
dalam merebutkan wanita, akhir cerita habil tewas di bunuh oleh
qabil dan menjadi poembenuhan pertama di dunia, pada akhirnya hanya tersisah
dua laki-laki (adam dan qabil) dan tiga perempuan di dunia (hawa dan kedua anak
perempuanya). Bila adam dan hawa diyakini sebagai nenek moyang manusia modern
maka dapat di tarik kesimpulan nenek moyang umat manusia setelah adam dan hawa
adalah qabil, yang notabenya seorang pembunuh, manusia agresif,
ambisius dan pembawa konflik terhadap saudara kandungnya sendiri. Konflik sudah
menjadi perilaku bawaan manusia (ketidak sadaran kolektif menurut jung). Dalam
zaman modern sedikit perbedaan kecil dalam warna kulit, logat, atau ideology
sudah cukup untuk memicu sekelompok manusia untuk berupaya memusnakan kelompok
lain. tidak memandang tinggkat pendidikan dan kapasitas intelektual yang
dimiliki, ketika individu berada dalam kerumunana ia akan kehilangan jiwa
sejatinya, nalar sudah tidak dapat lagi di gunakan, hanya insting hidup dan
insting mati yang tertinggal. ini mengapa muncul serbuah gerakan dengan jumlah
masa yang banyak (demonstrasi) dan lain sebagainya.
Dalam pandangan psikologi evolusioner yang berbasis dalam
teori Darwin, pada masa berburu dan berkumpul sekitar 70.000 tahun
silam, gen patriarkis laki-laki saling bersaing dalam memperebutkan kesempatan
untuk menghamili perempuan subur, kesempatan reproduksi seorang laki-laki bergantung pada kemampuanya untuk mengalahkan dan menundukkan laki-laki lain, yang tentu dengan jalan (berkonflik). Secara genetik manusia modern saat ini memiliki leluhur atau terlahir dari ayah-ayah yang ambisius,agresif, dan kompetitif.
Bergerak pada zaman berbeda, konflik yang berlatar belakang perbedaan ideologi, warna kulit, perebutan kekuasaan mengiringi dunia ini.
Konflik anatar umat yahudi dan tentara firaun, perang salib, perang dinasti
cina, Ramayana, mahabarata, dan lain sebagainya mengiringi perkembangan zaman dunia.
bahkan di Indonesia sendiri sewaktu masa hindu Buddha, perebutan kekuasaan
selalu dengan pertumpahan darah , di amerika disriminasi terhadap kulit hitam.
Tidak ada bangsa dan negara yang dapat terlepas dari konflik dengan berbagai
alasan. Bila ketegangan, konflik dan dilemma yang takkan terpecahkan merupakan
bumbu setiap kebudayaan, seorang manusia yang merupakan bagian dari kebudayaan
tentu harus memegang kepercayaan-kepercayaan kontradiktif dan tercabiik oleh
nilai-nilai yang tidak kompatibel. Ini adalah ciri esensial kebudayaan manapun
sampai ada nama sendiri untuk menyebut ini (disonansi kognitif Festinger
1957).
Perlu di pahami pula sebelum abad ke 21 ini, diyakini oleh
kaum cendekia bahwa sejak 17.000 tahun lalu telah kehilangan ribuan keanegaragaman
budaya, faktor penting yang menyebabkan hilangnya berbagai macam keanegaragaman
di muka bumi ini adalah hadirnya imperium di dunia, kita tauh bahwa bahasa internasional merupakan Bahasa resmi imperium britania raya, di amerika latin
Bahasa resmi mereka adalah tinggalan kekuasaan imperium sebelumnya dari
imperium spanyol, imperium portugis, imperium prancis, sama halnya dengan mesir
dengan bangga menyatakan dan menggunakan Bahasa arab sebagai Bahasa resmi,
padahal kita tauh di mesir pernah memiliki kebudayaan sendiri (firaun). Banyak
bangsa dan suku hilang dari permukaan kala mereka tidak mau tunduk pada
imperium, bahkan ketika imperium penguasa tumbang oleh serangan dari luar
maupun konflik internal penguasa bangsa dan suku ini tidak dapat memerdekakan diri,
semisal Indonesia kalah belanda mundur, berganti inggris yang menguasai
Indonesia selang beberapa waktu belanda kembali lagi namun di pukul mundur oleh
jepang, kembali lagi Indonesia di kuasai oleh imperium, hingga Indonesia
menyatakan kemerdekaan dirinya. Imperium adalah salah satu alasan utama berkurangnya keanekaragaman manusia secara drastis, mesin giling imperium
berangsur-angsur melenyapkan ciri-ciri khas berbagai bangsa, menempa mereka
menjadi kelompok-kelompok baru dan jauh lebih besar.
Namun memasuki zaman digital pada abad ke 21,
keberagaman seakan memiliki pola seperti segi tiga yang semakin kesini makin
mengerucut hingga hilangnya keberagaman yang lebih di kenal dengan “the new
order”. Kebudayaan tunggal bukanlah homogen, seperti juga satu tubuh organik menganduung banyak macam sel dan organ, begitu pula kebudayaan tunggal ini
mengandung banyak suku, bangsa, gaya hidup dan orang. Namun semua orang akan
terhubung erat dan saling mempengaruhi dalam banyak cara. Mereka akan tetap
beradu pendapat dan berselisih namun dengan konsep-konsep yang sama dan
bertarung dengan senjata yang sama. Keberagaman akan musnah layaknya
peradaban,budaya,bangsa, dan suku yang telah hilang terlebih dahulu (sapiens,
Noah Harari)..
Konflik
pun muncul karena pembagian manusia menjadi dua tipe (kita dan mereka), kita
adalah sekelompok orang seperti saya dan anda, yang memiliki kesamaan
Bahasa,agama, adat istiadat, warna kulit. Kita semua bertanggung jawab atas satu
sama lain, namun tidak bertanggung jawab atas mereka, kita selalu berbeda
dengan mereka, dan kita tidak berhutang apa-apa kepada mereka, kita tak ingin
melihat mereka di wilayah kita, dan kita tidak peduli apa yang terjadi di
wilayah mereka, semua ini di dasari oleh prasangka . Penyebab munculnya prasangka
adalah ketidak akuratan dalam mengelola informasi heuristics (jalan pintas
dalam penalaran mental) sehingga terjadi pengelompokan berdasarkan
karakteristik tertentu, seperti gender, ras, suku, agama, golongan, dan lain
sebagainya. Sehingga menimbulkan aktivitas intoleransi, bahkan psikolog
dari Harvard university Gordon willard allport dalam
buku the nature of prejudice "di pojok dunia ini tak ada
yang bebas dari cemoohan".
Fromm dalam buku akar kekerasan menyampaikan bahwa konflik
paling destruktif adalah konflik saudara yang tidak hanya menghancurkan fisik
melainkan sosial,ekonomi,politik kedua belah pihak yang bertikai. Tentu kita
semua tidak mau terjadi hal semacam ini di negeri jita tercinta indonesia.
insting seksual dan insting mempertahankan diri, yang lantas ini diperbarui
kembali dengan esensi konsepnya yang menyatakan tentang insting eros (kehidupan)
dan insting kematian. dari pandangan psikologi munculnya sikap diskriminasi,
intoleransi, dan kekerasan di sebabkan adanya insting kematian pada manusia
yang dapat memicu aktivitas kecenderungan merusak pihak lain. Hal ini merupakan
pengembangan dari asumsi dasar bahwa manusia berada dalam pengaruh dorongan
untuk merusak, sehingga kecenderungan agresi baik secara verbal dengan ujaran
kebencian dan agresi non verbal berupa kekerasan fisik, kecenderungan tersebut
memang sudah dimiliki oleh manusia dalam dirinya.
Konflik di dunia ini tidak dapat di enyahkan, yang dapat di
lakukan oleh manusia adalah hanya meredam konflik-konflik yang akan terjadi
dengan memberikan sebuah kpercayaan baru yang bersifat universal yang meliputi, tesisim antithesis, sintesa dalam konsep berfikir hegel. Di butuhkan
pemahaman yang benar-benar universal bagi setiap bangsa, agama dan lainya untuk
menghentikan perseteruan keberagaman. Hanya ada satu di dunai yang dapat
merekatkan keberagaman di dunia dan terbukti ampuh sampai hari ini, bagaiman
orang muslim dan Kristen dapat berjalan beriringan sepanjang abad, orang cina
dan jawa yang harmonis, dan kedamaian yang lainya, dengan menggunakan uang,
bukan menyuap orang-orang yang bersebrangan. Toleransi tercipta saat saudagar muslim di afrika utara berbisnis menggunakan koin-koin Kristen seperti florin
dari Firenze. Bahkan para penguasa muslim yang menyatakan jihad melawan
orang-orang kafir Kristen kala itu dengan senang hati menerima pembayaran pajak
dalam bentuk koin-koin yang menyebutkan kristus dan ibunya yang perawan, begitu
pula sebaliknya para uskup di melgueil dan aged menerbitkan Salinan mata uang
muslim yang bertuliskan “tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan
Allah”, dan orang-orang Kristen yang takut kepada tuhan dengan senang hati
menggunakanya.
Ekonomi menyatukan seluruh umat dari berbagai ras, suku,
agama, bangsa dan lainya. Hingga saat ini sistim ekonomi kapitalis menundukan
idologi kebudayaan manapun, humanism liberal di gadang menjadi idologi yang
benar-benar universal setelah humanisme sosialis runtuh bersamaan
runtuhnya tembok berlin dan uni soviet. Humanism liberal telah menjadi pemain
tunggal dalam percaturan ideologi dunia,. Kita tidak dapat memungkiri hadirnya
teknologi mempercepat penyerapan humanism liberal di seluruh dunia, dengan
beberapa produk turunan seperti capitalism, pasar bebas, dan demokrasi. Setiap
dunia menerapkan demokrasi sebagai sistim pemerintahanya, pasar bebas
menjadi salah satu pemasukan bagi setiap negara, semua orang bisa bertukar
barang ataupun jasa dengan orang di seluruh dunia tanpa Batasan. Sebuah tatanan
baru bagi seluruh umat manusia untuk menyatukan sapiens.
0 wicara:
Posting Komentar