data-ad-format="auto"

Selamat Ulang Tahun Teater Kusuma

Foto Firdaus Asykar.
Oleh Firdaus Asykar


(19 September 1989 - 19 September 2017)
Saya masih bisa mengingat bagaimana getar tangis kami, pada sebuah dini hari awal tahun 2003, ketika 13 siswa pembinaan dinyatakan lulus dan disahkan sebagai anggota Teater Kusuma, melingkar sambil menyanyikan Hymne Kusuma (dan setiap Hymne itu diperdengarkan, saya masih merinding sampai hari ini).
Proses pembinaan yang panjang dan ketat bahkan cenderung keras pada masa saya masuk, dan sejak tahun-tahun sebelumnya, rupanya juga diketahui oleh beberapa teman2 penggiat teater kampus lain. Seorang teman dari Universitas Kartini pernah bilang pada saya bahwa dia gak mungkin bisa jadi anggota teater jika kuliah di Untag, karena gak bakal sanggup mengikuti proses pembinaan dan diklat anggota. Saya dan banyak teman merasakan betul gemblengan demi gemblengan, sehingga ketika dinyatakan lulus sebagai anggota, bangga dan haru adalah hal yang saya rasakan.
Beberapa anggota Kusuma waktu itu juga kemudian aktif di berbagai kelompok seni di luar kampus. Ada yang terlibat di Teater Jaguar Surabaya, Teater Api Surabaya, Teater Tobong Surabaya, Komunitas Komik, bahkan ada juga yang seru-seruan dengan komunitas Punk. Artinya Kusuma sangat terbuka kepada anggotanya untuk mengembangkan diri, meski di sisi lain secara organisasi Kusuma sangatlah ketat dalam menjaring dan mengklasifikasikan anggotanya (dalam keluarga Kusuma waktu itu ada istilah: anggota, alumni dan komunitas).
Sebagai sebuah kelompok Teater, tentu kemudian juga menjalin hubungan dengan kelompok2 lain di luar kampus bahkan di luar Surabaya. Berbagai pentas keliling telah dijalankan Kusuma, sejak awal 2000an dan masih berjalan hingga beberapa bulan lalu. Agenda rutin Hari Teater Dunia di Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta juga selalu diikuti oleh kawan2 Kusuma beberapa tahun terakhir.
Kusuma kemudian membawa saya pada banyak hal terutama pada proses2 pengenalan diri pribadi. Bagaimana melakukan observasi terhadap tubuh aktor, pengenalan dan penguatan mental pada sebuah tokoh, memunculkan imajinasi dari setiap gerakan menjadi bunyi, bahkan lebih dari itu, bagaimana melakukan kerja koordinasi komunikasi antar disiplin kesenian. Kelak banyak hal dalam proses berteater ini sangat membantu saya dalam melihat dan menyikapi apa yang saya temui, pula membantu dan membentuk saya dalam menjalani fase2 hidup selanjutnya. Hal itu tidak lepas karena dalam teater ada semua aspek seni, dari seni peran, seni musik, seni rupa, seni tulis (teks, sastra) bahkan (seni) organisasi.
Di Kusuma, tidak hanya urusan keorganisasian dan kesenian saja hasil yang kami peroleh. Kami juga pada akhirnya mendapatkan pasangan hidup. Sepenghitungan saya, sudah lebih dari 20 pasang suami istri yang keduanya dahulu adalah sama-sama anggota Teater Kusuma. Saya salah satunya, hahahaha.
Setelah sekian tahun, tentu ada rasa rindu kami para alumni untuk kembali "pulang" ke Kusuma, bernostalgia dengan poster2 di tembok, stiker2 pementasan yang menempel memenuhi pintu (sekretariat lama) atau sekedar mengenang apa yang pernah menyatukan kami semasa mahasiswa. Family Gathering terakhir yg saya ikuti bersama para alumni dan anggota aktif adalah di tahun 2012. Sedangkan untuk proses berteater yang berhasil membuat sebuah karya pementasan bersama para alumni, seingat saya terakhir pada tahun 2013an, yang menurut saya itu adalah proses pementasan yang dahsyat.
Tidak semua tentang Teater Kusuma adalah soal puja-puji, soal kebaikan dan keberhasilan. Tentu ada masa dimana dalam dinamikanya, Teater Kusuma mengalami pasang surut. Bahkan pernah dalam satu angkatan pembinaan, anggota yang berhasil lulus tidak pernah aktif sama sekali dalam kehidupan Kusuma. Catatan kelam soal isyu penggusuran sekertariat juga merupakan bagian sejarah Kusuma.
Tentang ini saya selalu ingat apa yang diucapkan oleh Al-Ustadz Ainur Rofiq pada penutupan sesi diskusi pentas Lawan Catur yang bersamaan dengan acara Tasyakuran Ulang Tahun Teater Kusuma pada 2004 (atau 2005, saya lupa). Blio bilang begini: "Dalam sebuah pesta yang besar, ada satu dua piring yang pecah adalah hal yang lumrah".

Terimakasih kepada para pendiri Kusuma, sehat, bahagia dan barokah selalu Cak. 
Terimakasih kepada para pendahulu, peletak gagasan dan keberanian berkesenian yang selalu menjadi guru.
Terimakasih kepada seluruh Dosen Pembina yang seringkali direpotkan oleh kawan2 Kusuma. 
Terimakasih kepada para sahabat yang pernah berproses bersama dari berbagai angkatan. 
Juga terimakasih kepada rekan2 anggota aktif yang masih menjaga bara Kusuma, menjaga Benderamu Tetaplah Berkibar!
(Sunting: Terimakasih juga kepada beberapa yang sudah almarhum yang semasa hidupnya pernah bersinggungan dengan Teater Kusuma, baik2 di alam sana sothara..)
Salam takzim untuk anda semua dan semoga segala kebaikan dan keberkahan selalu bersama kita semua.

Ahya, tak lupa terimakasih juga kepada para teman2 diluar Untag yang ikut berproses kreatif ataupun menemani berbagai kegiatan Kusuma. Saya tidak bisa menyebut satu persatu, tapi kalian adalah pemberi warna yang juga layak dicatat.
Akhirnya, Selamat Ulang Tahun ke-28 Teater Kusuma. Berderamu tetaplah berkibar!!
Bangga Bersama Kusuma
Notes: catatan ini saya buat sebelum tgl 19, tapi baru bisa saya posting setelah tgl 19. Yoben...

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE