Ini kisah topeng ambigu
bertutur tentang dua rupa.
Tentang angin yang ungkapkan cinta pada air,
tapi ia lalu mengikisnya habis
Tentang embun yang merajuk pada Mendung: Jangan tinggalkan Aku,
namun ia malah perlahan lahan berlalu
Seperti Senja menanti rasa sayang siang
sekaligus berpaling membelakang kala diajak petang
Laksana fajar yang didukung malam
justeru mengerling ke arah pagi.
Ini kisa tentang prasasti mati
yang dihapus dengan keji
Salahkah jika pendongeng mengakiri
kisah tanpa koma ini?
0 wicara:
Posting Komentar