Sebelas orang tersekap di kamar mandi di Pulomas selama seharian, menyebabkan 6 orang meninggal dunia karena konon kehabisan oksigen, sedangkan 5 orang selamat. Hukum sebab-akibat memang sering sulit dicerna oleh kita. Kenapa harus ada 6 yang meninggal dan 5 yang selamat padahal berada di ruang yang sama dan berbagi menghirup oksigen yang sama? Kenapa yang juragan kaya yang wafat dan yang supir laki-laki yang wafat, tapi yang pembantu dan kasta ekonominya lebih rendah serta yang perempuan yang selamat? Kenapa anak orang lain yang kebetulan menginap yang wafat tapi anak yang berkebutuhan spesial justru selamat?
Inilah rahasia dari doktrin tauhid adalah doktrin mengenai satu kemanusiaan dalam ajaran Haji Bektash Wali. Rahmat kehidupan dan rahmat kematian datang kepada setiap manusia tanpa pandang kasta daging, agama, maupun akidah.
Haji Bektash Wali dalam Maqalat-nya membagi manusia kepada empat jenis. Bukan empat kasta. Disebut masing-masing dalam nama dari suatu analogi, tetapi bukan seperti Avatar ya. Jenis pertama adalah
Manusia Udara. Yaitu manusia yang saleh, yang takut dan taat kepada Allah. Jenis inilah yang paling banyak di dunia. Ia mengamalkan ajaran agamanya, entah Islam, Kristen, sekulerisme, atau atheisme, karena rasa takut kepada Sang Realitas Tunggal yang dia imani. Mereka beribadah dalam agamanya demi menghilangkan bau busuk dirinya. Inilah alasannya disebut Udara.
Jenis kedua: Manusia Api. Mereka ini adalah yang sudah terbakar oleh Api Cinta. Dan, karena itu mereka bisa membakar sesama manusia juga karena cintanya untuk Sang Hakikat.
Jenis ketiga: Manusia Air. Mereka adalah yang sudah suci dan kudus, sehingga sudah dapat membersihkan orang lain. Seperti sifat air, yang bisa membasuh bersih kotoran.
Jenis keempat adalah yang paling sedikit. Manusia Tanah. Yaitu yang sudah mengandung semua unsur itu, yang sudah bisa menjadi media atau wahana untuk tumbuh dan ditanami, untuk jadi kuburan, untuk memberi dan melepaskan. Yang padanya juga ada air untuk membersihkan, dan padanya bisa didapatkan api untuk membakar, juga ada udara.
Haji Bektash Wali menekankan bahwa seluruh empat jenis manusia ini sama-sama mendapat rahmat kehidupan dan tantangan kehidupan. Pun sama-sama berpotensi mendapat ridho Allah dan sama-sama tidak terlepas dari hukum-Nya, misalnya hukum sebab-akibat. Setiap satunya saling membutuhkan untuk saling belajar. Mereka pun sama-sama berpotensi mencapai maqam jenis berikutnya, dari udara menjadi api, atau dari api menjadi air.
Kalau kita terus-menerus berbicara Ketuhanan saja, kita akan lupa kemanusiaan kita. Sebab, kita diciptakan oleh Tuhan, bukan Tuhan diciptakan oleh kita. Jadi, mungkinkah kita membicarakan Tuhan lebih baik daripada diri-Nya sendiri? Kita bisa membahas manusia dan kemanusiaan dengan baik karena kita adalah manusia. Dan, karena kita diciptakan menjadi manusia, maka tugas utama kita ya menjadi manusia, menyadari hakikat kemanusiaan kita yang satu ini.
kndaru
Kategori:
Essai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 wicara:
Posting Komentar