Keterkaitan pemerintah Arab Saudi dalam penyebaran Wahabisme ke seluruh dunia, mengenai penggeontoran dana, dan kekerasan yang dilakukan atas nama Islam, oleh peneliti
dari LIPI, Ahmad Najib Burhani, diungkap demikian:
“Pemerintah Saudi itu menggelontorkan
dana untuk pembangunan masjid-masjid dan pembentukan yayasan-yayasan
pendidikan. Nah, kemudian mereka menetapkan persyaratan yang ketat agar dana
besar itu bisa dicairkan. Dalam konteks masjid, misalnya, nama-nama khatib dan
materi khutbah Jumat dan pengajian mingguan harus sesuai dengan doktrin Wahabi.
Begitu juga dengan yayasan pendidikan. Yang diajarkan kepada para murid harus
mengukuti buku-buku yang berisi doktrin-doktrin Wahabi. Jadi, penggelontoran
dana itu bukan untuk aksi kekerasan. Strategi mereka untuk menyebarkan
pandangan Wahabi dan bukan aksi kekerasan yang bersifat langsung. Saya tidak
punya data yang mengungkap bahwa dana itu digunakan untuk aksi kekerasan yang
bersifat langsung. Tapi saya punya banyak data yang menyatakan bahwa dana itu
digunakan untuk penyebaran pandangan Wahabisme melalui kamuflase pembangunan
masjid, selebaran, pendidikan, dan lain sebagainya…. Ada faktor lain yang
memungkinkan mengapa kekerasan agama itu massif terjadi, yaitu kesempatan aktor
lokal untuk mengekspresikan pandangannya.”/*/
Senada dengan Najib Burhani yang pernah
menerima penghargaan The Professor Charles Wendell Memorial Award 2012-2013
dari Universitas California Santa Barbara, Amerika Serikat, salah seorang
pemikir utama dari Jaringan Islam Liberal (JIL) di Indonesia dan politikus
Partai Demokrat, Ulil Abshar-Abdalla, menyatakan hal berikut:
“Salah satu sebab kenapa mutu perdebatan
di dunia Islam sekarang ini merosot secara keseluruhan, menurut saya karena
pengaruh Saudi Arabia melalui ekspor ideologi Wahabi. Saya berani memastikan
bahwa salah satu sebab kenapa atmosfir kehidupan keagamaan di dunia Islam
sekarang ini semakin terpolarisasi antara Sunni-Syiah, ini semua gara-gara
persaingan antara Saudi dan Iran dalam memperebutkan pengaruh di dunia Islam.
Karena Wahabi dijadikan ideologi resmi di negara-negara Arab teluk yang
kebetulan kaya minyak, mereka lalu mendanai kegiatan propaganda pemikiran
semacam ini ke seluruh dunia Islam termasuk Indonesia. Lihat saja di Indonesia
sekarang ini, televisi dan radio Wahabi itu cukup banyak. Dari mana mereka
dapat dana untuk mendanai itu semua kalau tidak ada dukungan dana dari luar.
Nah, yang saya heran adalah pemerintah Indonesia sekarang ini menyensor
uang-uang asing yang masuk ke Indonesia. Yang disensor bukan uang yang datang
dari Timur-Tengah yang mendanai kegiatan-kegiatan penyebaran propaganda
ideologi Wahabisme dan Salafisme ini, tapi uang yang datang dari Barat untuk
mendanai LSM-LSM yang memperjuangkan isu-isu yang terkait dengan demokrasi.
Saya menyesalkan pemerintah Indonesia melakukan hal ini.”/**/.
Jika berkaca pada tahun 80an sampai 90an
telah terjadi pergesera budaya di mana perempuan muslim pada masa itu masih
banyak menggunkan kebaya dan penggunaan penutup kepala layaknya selendang untuk
beraktifitas sehari-hari, menjelang 90an terjadi transformasi yang cukup
mengejutkan banyak perempuan mengenakan baju-baju (syar’i), kabarnya ada
kiriman baju (syar’i) melaui kontainer dan di salurkan ke pondok pesantren. Hampir
setiap desa di Indonesia memiliki makam desa, telah terjadi pergeseran pula
disini dimana makam desa yang dulu milik penghuni desa berubah lebel menjadi
makam islam yang hanya dimiliki oleh sebagian warga.
kegaduhan sekarang ini memang di buat oleh sutradara masing-massing baik dari kubuh Yahudi, Komunis dan Militer. melalui proksinya masing-masing. untuk memancing tokoh-tokoh islam garis keras dan tinggal menunggu waktu.
kegaduhan sekarang ini memang di buat oleh sutradara masing-massing baik dari kubuh Yahudi, Komunis dan Militer. melalui proksinya masing-masing. untuk memancing tokoh-tokoh islam garis keras dan tinggal menunggu waktu.
Ada kabar juga FPI di danai oleh Arab Saudi
melalui Australia dan di salurkan melalui Polri. Kita terlalu sibuk mengawasi
uang-uang dari barat dan cina sehingga lupa dengan dana timur tengah, maklum
Univeralitas islam di nuswantara dimulai sejak abad ke-9. Berawal dari jalinan
kerjasama perdagangan, pemberontakan dan penghancuran serta membangun pemahaman
baru yang memelintir sejarah. Selama kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat ajaran nuswantara akan tetap terjaga sebagai local
wisdom di mata dunia. haha karena ada monarki yang melindungi kasultanan.
Pesan dari mbakyuku "Membuat Doktrin itu lebih mudah
ketimbang membuat Mie Ayam, sebab, bila kau membuat Mie Ayam terasa rasanya
tidak enak kau masih bisa di protes, atau malah kalau salah masak dan membuat
orang keracunan kamu bisa diperkarakan. Tetapi kalau doktrin, siapa yang berani
menyangkal doktrin???
0 wicara:
Posting Komentar