data-ad-format="auto"

Dosa dosen jilid 2



fakta di lapangan cukup mencengangkan, 90% dosen perguruan tinggi negeri maupun swasta masih di bawah standart, baik kompetensi pedagogis, kepribadian dan sosialnya. 
hal ini terjadi karena dosen telah mengalami job burnout, yang merupakan representasi dari sindrom psychological stress yang menunjukan respon negatif dari tekanan pekerjaan. hal ini terjadi dikarenakan kelelahan emosional, penurunan prestasi kerja dan sikap tidak peduli terhadap karir dan diri sendiri.

Job burnout biyasanya di gunakan untuk menjelaskan masalah yang ada pada perusahaan, nyatanya hal ini juga menerpa tenaga pendidik. job burnout di derita oleh dosen yang telah (mengabdi) lebih dari 5 tahun. penyebab utamanya adalah pemahaman tugas kerja yang belum di aplikasikan secara penuh (Tridharma perguruan tinggi) serta tugas tambahan, lalu iklim kampus dan interaksi yang di alami dosen kepada sivitas akademik yang tidak sinergi, juga masa kerja dan jenis pekerjaan, karakteristik yang tidak mendukung kreatifitas yang keseluruhan mengacu pada silabus, dan kecenderungan untuk mematuhi peraturan untuk menghindari konflik dengan pola fikir ( pokoee ngajar oleh gaji, gak ngurus ilmu nyampek atau enggak ) 

dosen sebagai garda terdepan seharusnya mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam mentransfer ilmunya. untuk di kampus saya sendiri hanya ada satu dua dosen yang mau menemani mahasiswa berdiskusi sampai larut malam.

fakta bobroknya dunia kampus yang sempat di singgung oleh saudara saya "ismail" selalu di tutupi dengan janji-janji palsu. pendidikan kembali di monopoli seperi abad pertengahan, ketika pendidikan hanya bisa di selenggarakan oleh otoritas gereja, dan sekarang jika kamu ingin di sebut manusia terdidik pergi ke perguruan tinggi ( lembaga pendidikan ) berbagai jenjang. beberapa tahun lalu sempat viral bahwa dosen salah satu perguruan tinggi di jakarta, yang notabene lulusan S2 UI dengan predikat cum laude mengajukan ijin suntik mati ke Mahkama Agung. 
begitu memilkukan fakta di balik hinggar bingar bisnis pendidikan di negeri ini.

ketika dosen mengalami job burnout maka tinggal kenangan cita-cita dalam mencari ilmu. 

kejarlah ilmu sampai ke negeri cina atau kejarlah ilmu sampai ke liang lahat. filosofi ini seharusnya membuka mata kita, ilmu itu berserakan di dunia ini, tidak hanya di sediakan oleh otoritas pemegang saham pendidikan. monopoli pendidikan mengakibatkan kekeliruan dalam pemaknaan pendidikan, kuliah untuk dapat kerja. memcari ilmu adalah untuk merubah sikap bukan untuk cari kerja. 
diwarung kopi, dibawah pohon, dibantaran sungai, dan dimanapun kita bisa mendapatkan ilmu.

sekolah bukan satu-satunya institusi pendidikan, bahkan kontra produktif tidak memberikan pencerahan dalam berfikir bersifat dogmatis sehingga mengingkari proses belajar mengajar (isa Anshari)
pengetahuan adalah kekuasaan (francis Bacon)

ivan illich mengemukakan bahwa pendidikan harus memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat, lalu pendidikan harus mengijinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dengan mudah, demikian oula bagi orang yang ingin mendapatkanya. hal ini yang di lakukan oleh Socrates dan descartes dalam mencari pengetahuan dan menjamin tersediaan masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan. 
beberapa waktu lalu saya mendengar kabar ada salah satu guru besar kamps ternama merasa tidak sebanding ketika di sandingkan dengan lulusan s1, dalam science tidak ada grades karena science menjunjung kebenaran, kebenaran bisa di dapat dari siapapun,  dan mentolelir kesalahan tapi mengharamkan kebohongan. 

jika kreatifitas tenaga pendidika mati maka mati sudah kreatifitas anak negeri ini. 


kndaru



0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE