Nyanyian ayam jantan membangkitkan nurani di antara sinar
abu-abu.
Angkat kepalamu musnahkan hama keraguan dalam jiwa.
Bersama kita berdiri, rangkullah bahuku, Ku topang
tubuhmu, bersama kita menguatkan.
Teduhku teduhmu, badaimu badaiku, falsafah mengikat jiwa
kita.
Andai sorot pandang tajam menerjang kearahmu.
Jangan kau tundukkan pandanganmu, takut itu aib.
Aku di sampingmu
kawan, kita balas dengan telunjuk terhunus.
Kau tegakku, menumbangkanmu menjatuhkanku, mengusik
damaimu menumbuhkan dukaku, mendungmu mangundang petirku.
Kita ayam jantan muda, dari tanah mentari terbit, selama
mata langit bersinar dari timur, kita tak perlu bimbang.
Biarkan cahaya merah menuntun keluar dari kerangkeng
gelap ayam pengecut.
Hingga tak ada keraguan menentang panas matahari,
silaunya takkan mengaburkan pandangan.
Jangan redupkan semangat sultan hasanuddin, dengan
bendera keadilan menentang orang-orang kulit putih itu, yang bertindak seenaknya
di atas tanah moyang, tempat kita berpijak.
Hikayat itu petuah, bagai minyak yang mengobarkan api
semangat yang cahayanya menangkis terik sinar panas matahari yang melemahkan
itu.
Tetap berdiri tegap dengan taji tajam merobek congkak
lawan, dengan suara lantang berkokok menggetar langit.
Terserah apa kata lawan, jangan biarkan api amarah
membara, yang justru menghanguskan diri sendiri.
Jika mereka maju satu langkah, tetap di tempat menunggu
dengan sigap.
Jika mereka mundur dua langkah, dua ratus langkah, hingga
tak terlihat, jangan maju ataupun mundur, tetap di tempat jangan biarkan sikap
lawan mengubah posisi kita berpijak.
Mundur bukan takut, tapi mengatur siasat, jernihkan
kepala jangan termakan tipu muslihat perang.
Andai kita tak mampu berdiri di atas pijakkan, bukan berarti
pasrah.
Mengalah buakan kalah, tetapi menanti kemenangan yang
hakikatnya sama dengan seribu kemenangan.
Dan andai kita kalah, cahaya merah putih itu hanya redup
sejenak.
Sisa-sisa api
semangat kita, akan terbawa hembus angin dan akan menghidupkan api baru, yang
berpijar di langit abu-abu itu.
Hingga cahayanya
bersinar rata di seluruh bumi nusantara, yang memanusiakan mayat hidup,
orang-orang yang semangatnya mati suri.
,,,RIAL HADI RAHMAWAN,,,
0 wicara:
Posting Komentar