Dear Tik
Tik, sejujurnya salah satu alasan tulisan ini ada adalah karena kamu.
Sebagian
besar inspirasi, ide, jalan cerita, dan curahan hati dalam setiap
tulisanku muncul setelah aku bertemu denganmu. Memang tak ada kesan
istimewa saat aku mulai mengenalmu. Tak ada beda ketika aku bertemu
dengan temanmu, sahabatmu, gurumu, bahkan kucingmu, atau orang lain yang
tidak kamu tahu sekalipun.
Namun, terkadang otak ini merekam dan menganalisa sesuatu secara sembrono. Dengan tidak bertanggung jawab, otakku ini mengirimkan buah kerjanya kepada kesadaran yang aku miliki. Sehingga mau-tidak-mau aku jadi teringat beberapa hal tentangmu.
Tentang
"kecelakaan" yang membuatmu -dengan sangat terpaksa- menyunggingkan
bibir sombongmu untuk menyapaku. Tentang kamu yang berusaha menghindar
ketika aku di dekatmu, meskipun aku sedang tidak bermaksud menyapamu.
Tentang senyummu, tawamu, juga tentang antusiasmu.
Lebih jauh dari itu, bahkan aku ingat saat kamu bilang pengin manggil tukang sedot tinja, karena gombalanku kayak tai. Hahahaha
Pernah suatu hari tidak kuhiraukan terik matahari. Kepada lingkungan aku tidak peduli karena memperhatikanmu, mendengar celotehmu, mengamati gayamu saat menjinjing tas, juga langkah kakimu yang ringan dengan ritme yang kamu tentukan sendiri. Entahlah, mungkin saat itu indra yang kupunya sedang ter(di)tipu.
Sempat merasa terganggu karenanya. Berpikir untuk melupakan semua. Tapi aku mampu apa. Tak ada daya.
Takdirkah? Ah, aku susah memahami hal tabu semacam itu. Mungkin belum.
Dan jika nanti akhirnya aku memahami pertemuan kita, aku bersyukur. Bukankah syukur adalah cara terbaik dalam menjalani hidup.
Dan matamu selalu begitu. Hanya riaknya yang kulihat. Sekian lama aku memandang matamu. Berkali-kali. Mencoba menyelaminya lebih dalam. Namun selalu saja dilapisi saput yang tak bisa kutembus. Hanya kamu yang tahu. Sendirian di situ. Tolong jangan tersinggung jika aku anggap itu misteri.
Jika kamu tidak berkenan akan ingatan-ingatanku tentang kamu, aku minta maap. Aku tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan kenangan. Mungkin untuk introspeksi, atau supaya kita berkaca diri. Yang pasti, segala tentangmu terlalu sayang untuk dilupakan. Setidaknya bagiku.
Dan jika kamu merasa terganggu, pantaslah aku kau persalahkan. Sadarku bertanggung jawab seutuhnya.
Diakhir ke-tidak-pentingan ini, ada sesuatu yang lebih tidak penting lagi. Aku ingin membisikkan selamat tidur, jangan bermimpi. Kata orang mimpi mengurangi kualitas istirahatmu.
Aku tidak memintamu untuk membaca surat ini, apalagi membalasnya. Apabila secara tidak sengaja kau temukan surat ini, maka cukuplah kau anggap sebagai spam yang mampir tanpa arti.
TOK, yang tidak bersahaja.
"Ah malam, biarkan aku tidur kali ini
Sampaikan pada pagi tentang ceritaku
Ada janji yang harus dipenuhi."
8 wicara:
Hehehe.
Tok mulai eksis
Aku boleh kirim gambar lur? aku rizky iain
Boleh boleh... Silahkan gaes
kirimnya kemane gaes?
Gaeeessss
Emailnya apa gaess? Nanti tak undang via email
Sementara, kirim kesini dulu
ibnurochim.pena@blogger.com
mochrizkypp13@gmail.com kaka
Posting Komentar