oleh : Ragil Ajeng Pratiwi
Teruntuk Bayatmi yang ku cinta,
Assalamualaikum wr. wb
Kekasihku dunia akhirat Bayatmi, rasanya sudah banyak surat
yang tertulis untukmu. Ungkapan perasaanku yang terbelenggu oleh lubang kesengsaraan
karena sudah garis Tuhan yang harus memisahkanku padamu. Bagaimana kabarmu sang
Arjuna? Bagaimana dengan kesehatanmu cintaku, Apakah kau baik-baik disana slama
tak ada diriku? Sungguh, aku tak mampu lagi menjalani rasanya terpisah dengan
dirimu. Oh, Arjunaku maafkan diriku bila terlalu lemah dan rapuh tak ada
dirimu, Sebatang kara diriku melawan perasaanku ini, ku letakan perasaanku pada
barah api kehidupan ini. Tak bisa kupungkiri bila ku tetap menangis, meskipun tak kuperlihatkan pada lainnya. Aku tetaplah
wanita tak ada apa-apanya bila Tuhan mentakdirkanku untuk terpisah dengan
dirimu. Kesetiaanku tak pernah goyah untuk menunggu kedatanganmu. Mekipun
datanglah Nicholas Saputra yang tampan rupanya serta banyak hartanya. Bagiku,
kau adalah Arjunaku yang selalu membangkitkan gairah hidupku. Panahmu yang
selalu mematikanku untuk selalu menjaga perasaan yang telah diberikan Tuhan,
hadiah yang terindah ini. Bahkan kereta kudamu akan selalu tertuju pulang pada
rumah persinggahanku. Dalam perwayangan, Krisna akan menuntunmu hingga sampai
pada pintu rumah yang sederhana ini dan hingga pada kejayaanmu dalam membrantas
ketidakbenaran yang dilakukan oleh Kurawa dalam seizin Tuhan. Bayatmiku... Bahkan bayangmu tak lepas dari
tiap langkahku, doaku selalu ku panjatkan pada dirimu agar dirimu
dilindunginya. Kaulah iradat Tuhan yang diberikannya untukku. Bila pada
akhirnya kau tak bisa menyentuh tubuhku ini, percayalah jiwaku dengan cinta
suci ini tak akan terjamakan selain dirimu. Tuhan yang merupakan pemilik jagat raya berserta hidupku ini. Namun, kaulah
yang berhak menyetuh jiwa dan ragaku sampai kau halalkan diriku dan akhirat
nanti. Tangisku hanya untuk Tuhan, kedua orang tuaku, berserta mereka yang yang
ditakdirkan menjadi pahlawan dihidup ini. Bukan hanya pahlawan dalam
pertempuran saja, pahlawan yang dijajah dan dihina-dina-papa sengsara oleh sesama manusia
lainnya, dan yang terakhir engkau Bayatmi. Bayatmi... cepatlah pulang, ku
selalu menunggumu didepan pintu hingga dalam terlelapnya tidurku. Jagalah cinta
suci kita, meskipun pada akhirnya engkau harus bersama dengan suratmi yang
lain. Aku percaya selama cintaku pada Tuhanku yang selalu utama, maka dirikulah
yang selalu dalam fikirmu. Sekian suratku Bayatmi, meskipun surat ini belum tau
ku, kapan kan kau balas. Aku akan tetap selalu menunggumu...
Cintamu,
SURATMI
0 wicara:
Posting Komentar