oleh: Ismail
Revolusi Sosial hanya soal waktu? Perhatikan kondisi sosiol politik masyarakat.
Pertama bagaimana kaum elit yang tidak mampu bersikap tegas, sebab
masing-masing menyandang masalah ( korupsi, pajak ,pencucian uang, cacat moral,
hukum, HAM, kriminal,sejarah dan lain-lain). Terlalu banyak dosa para elit,
mereka tidak dapat memihak rakyat. Kaum
elit Saling sandra-menyandra demi mengamankan dan melangengkan kekuasaan. Kedua
Kaum menangah sangat lemah, tidak kuat, hedonis, konsumeris, tergantung,
oportunis dan lain-lain. Akibatnya seperti kerbau taktahan panas cepat lari
cari pohon rindang. Ketiga rakyat bawah sebagian terkena stockholm syndrome
(korban penyandraan yang mencintai penyandrannya) mereka tergila-gila pada penindasan, Mudah putus harapan dan pasrah.
Hanya yang sadar/tercengah yang bisa diajak berjuang. Kondisi sosial secara
obyektif memenuhi syarat untuk perubahan karena problem sospolek hukum dan lain
sebagainya sangat parah.
Sudah saatnya Revolusi sosial, perhatikan fakta
sosial disekitar kita; bagaimana warung-warung kecil termasuk wartek resah oleh
desakan minimarket, pajak, retribusi, pungli dan penggusuran. Sedangkan petani/pertenak tidak terurus, faktanya beras, jagung, kedelai, buah-buahan,
daging, dan lain-lainnya serba impor. Usaha-usaha kecil makin sulit bersaing karena
produk impor , Apalagi dengan datangnya MEA (pasar bebas Asian). Harga beras dan lain-lainya terus meningkat. Buruh
makin mudah di PHK dan upah semena-mena karena tekanan produk impor dari cina.
Penegakan hukum yang makin tidak adil. rakyat dengan telanjang melihat dan
merasakan ketidakadilan dimana-mana. Korupsi di bebaskan, sedangkan pejabat
pemerintah kaya dari hasil korupsi.
Sekelompok pengusaha kaya dari mengakalai negara. Penganguran, kemiskinan makin
nyata, nampak jelas terlihat dibawah
kolong jembatan, jalanan dan dilampu-lampu merah kota metropolitan. Sebab kota
hanya milik mereka yang punya uang, Penguasaan lahan kota/desa yang timpang , lahan hanya milik mereka kaum
kapitalis. kemancetan setiap hari, menjadi pemandangan dijalan-jalan dan
pelayanan publik pun sangat buruk.
Saling curiga, SARA pun meningkat, krisis kepercayaan hampir ke semua institususi
negara menjadi saksi bisu. Sudah saatnya
Revolusi Sosial ini terjadi, meskipun kaum pergerakan nampak sangat kecil
tetapi secara laten banyak yang siap dukung. Aktifis pergerkan harus mampu
menjadi minoritas kreatif yang mengcreate perubahan.
Sejarah
aktual perubahan perubahan rezim politik bisa berkaca dari iran, venezuela,
dll. Intinya sejarah diciptakan oleh klompok minoritas kreatif (Arnold Toynbe)
misalnya taliban bermula dari gagasan 7 orang muda, menaklukan rezim syiah di
afganistan. Alqaidah dan thaliban sampai detik ini tidak terkalahkan oleh
ratusan ribu tentara Sekutu pimpinan AS. Hitler mengawali gerkan dengan
demo-demo kecil; beberapa orang berseragam rapi membunyikan tambur setiap sore
pas orang pulang kerja disudut-sudut jalan, persis orang julan obat. Mereka
menjual Ide-ide simpatik . orang yang lewat tertarik, berhenti, mendengarkan,
makin lama klomponya makin besar dan..... revolusi dimulai. ( B.Suryadi ). Kajian
sosiologis dari teori perubahan sosial biasanya mengikuti hukum umum ,
bahwa perubahan itu digerakan oleh kaum
terpelajar sebagi lokomotif yang mebawa gagasan pembaharuan, karena umumnya kaum terpelajar relatif sadar akan hak-hak
politik mereka. Revolusi yang hakiki adalah kekutan kebaikan dan keadilan.
Kebaikan dan Keadialn adalah suatu sistem energi yang selalu hidup dan
menggamit-gamit para idiolog untuk
mengabdi dan melayani nya. Artinya kita akan tetap berjuang untuk memenuhi panggilan
luhur tersebut (suyuti Asyathari, Aktifis 77-78). Sebab Revolusi Sosial akan hadir seprti Air Bah yang tak diduga-duga.


https://orcid.org/0000-0003-2892-5411
2 wicara:
Baca ini leren nganggur dulu, ah gak apalah yang penting keren tulisaannya
AKU SETUjU
Posting Komentar