Oleh Santoso
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya.
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya.
Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global. Globalisasi dianggap sebagai proses di mana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Di belahan bumi manapun akan dapat mengakses informasi dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Praktito (1979: 36) dewasa ini kemajuan teknologi informasi yang menuju kearah globalisasi komunikasi dirasakan cenderung berpengaruh langsung terhadap tingkat peradaban masyarakat dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di berbagai negara. Adanya berbagai dampak tersebut juga berdampak pada
Indonesia yang mana telah menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, misalnya; terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong. Sehingga menimbulkan gaya hidup baru yang tidak sesuai dengan adat kita seperti, gaya hidup yang berlebihan dan anti sosial. Sering kita melihat banyaknya masyarakat yang ketergantungan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk gedgetnya. Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan media massa apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba instan. Hal ini semakin mengacaukan tatanan budaya indonesia.
Indonesia yang mana telah menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, misalnya; terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong. Sehingga menimbulkan gaya hidup baru yang tidak sesuai dengan adat kita seperti, gaya hidup yang berlebihan dan anti sosial. Sering kita melihat banyaknya masyarakat yang ketergantungan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk gedgetnya. Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan media massa apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba instan. Hal ini semakin mengacaukan tatanan budaya indonesia.
Pemuda sebagai subjek yang paling relevan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh dampak negatif dari kemajuan teknologi di bidang informasi, karena pemuda sebagai unsur dalam masyarakat yang paling memiliki idealisme tinggi, yang merupakan modal utama dalam melakukan sebuah perubahan. Hal ini sejalan dengan gagasan presiden pertama Indonesia Soekarno yang dalam perbandingannya menyatakan bahwa, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” (soekarno).
Dalam perbandingan ini terlihat bahwa besar sekali espektasi founding father kita terhadap pemuda, dalam membuat sebuah perubahan. Dari pendefinisan masalah tersebut penulis akan mencoba membahas peran pemuda dalam mereduksi efek negatif media terhadap perubahan gaya hidup. Sehingga mampu memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Selain itu, Tujuan dari pembahasan “permaslahan peran pemuda dalam mereduksi efek negatif media terhadap perubahan gaya hidup” adalah dalam rangka menemukan rekomendasi solutif yang mampu dilakukan oleh pemuda dalam menghadapi kekacauan gaya hidup saat ini.
Dampak negatif media yang berimplikasi terhadap perubahan perilaku masyarakat, yang merupakan akibat dari terlalu seringnya masyarakat mengkonsumsi berbagai tampilan di media terutama televisi. Hal ini sesuai dengan hasil survey dari perusahaan riset media, Nielsen Indonesia yang ternyata 94 persen di antaranya meluangkan waktu sekitar lima setengah jam per hari untuk menonton TV. Ditemukan bahwa porsi menonton televisi orang Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk menonton program serial-Sinetron (24%), film (21%), dan hiburan (19%). Namun temuan ini juga sangat ironis sekali, jika dibandingkan dengan minat baca masyarakat yang sangat rendah sesuai data kantor perpustakaan nasional menyebutkan, hanya 10 persen masyarakat Indonesia yang gemar membaca atau sekitar 90 persen dari jumlah penduduk di tanah air ini yang lebih suka menonton televisi. Maka tidak mengherankan ketika masyarakatpun mudah dipengaruhi oleh apapun yang ditampilkan di televisi, hal ini dikarenakan tidak adanya pengetahuan – pengetahuan yang di miliki masyarakat, yang nantinya dipergunakan untuk memfilter tontonan di televisi. Sehingga ada kecenderungan masyarakat akan menerima langsung masukan masukan di televisi hal ini sejalan dengan Hartman dan Husband (1974) yang menyatakan bahwa media massa biasa menyajikan sejumlah pandangan, tentang mana yang normal, mana yang disetujui atau yang tidak disetujui. Pandangan ini kemudian diserap oleh individu-individu ke dalam cara pandang khalayak. Namun jika mengutip hasil survey Ditemukan perusahaan riset media, Nielsen Indonesia, porsi menonton orang Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk menonton program serial-Sinetron (24%), film (21%), dan hiburan (19%) maka temuan ini cukup menghawatirkan karena presentase program yang dilihatpun memiliki nilai kualitas edukasi yang rendah. Hal ini di karenakan program hiburan, sinetron, film hanya akan memberikan kebutuhan-kebutuhan semu yang nantinya malah menjadi kebutuhan wajib di masyarakat, sebagai contoh munculnya fans berat yang meniru gaya hidup artis ataupun aktor yang menjadi idolanya yang memiliki kecenderungan mengarah ke sifat hedonisme belaka. Namun gaya semacam itu telah menjadi sebuah kebanggan di masyarakat. Sehingga di sinilah pemuda harus berperan dalam mengedukasi masyarakat dalam menanggapi berbagai tontonan di televisi agar tidak berimplikasi negatif terhadap gaya hidupnya.
Peran ini di perlukan sebgai langkah dalam rangka mereduksi dampak negatif yang sudah menjadi sebuah kewajaran yang masuk dalam tatanan budaya masyarakat. Langkah pertama yang perlu di lakukan pemuda dalam hal ini adalah membudayakan budaya baca di masyarakat dengan berbagai inovasi terbaru. Karena dampaknya adalah masyarakat akan punya pengetahuan-pengetahuan untuk memfilter berbagai masukan dari televisi dengan maksud agar masyarakat mampu mengambil masukan yang positif di televsi. Hal ini sesuai dengan tujuan membaca yang dikemukakan oleh Nurhadi (1987: 11) yang berpendapat bahwa tujuan membaca dibedakan secara umum dan khusus. Secara umum antara lain (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Sehingga masyarakat tidak akan menjadikan televisi sebagai satu – satunya sumber untuk pengetahuan terbaru. Dan contohnya untuk mereduksi masukan negatif dari media yakni dengan masyarakat belajar tentang literasi media yang membahas pembelajaran tentang media.
Langkah kedua adalah pemuda perlu melakukan berbagai kegiatan sosial di masyarakat, karena apalah arti konsep tanpa implementasi. Kurangnya kegiatan sosial juga berpotensi menimbulkan sifat individualistik yang sangat bertentangan dengan semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat indonesia. Selain itu ketika masyrakat kurang disuguhkan program-program sosial dalam rangka pemberdayaan, akan ada kecenderungan untuk masyarakat menghabiskan waktunya di rumah dengan menonton TV dan lama kelaamaan gejala anti sosial akan muncul karena ada kecenderungan lebih percaya apapun yang di katakan media tanpa mau mencoba turun melihat bagaiman gejala sosial di masyarakat yang sesungguhnya.
Langkah kedua adalah pemuda perlu melakukan berbagai kegiatan sosial di masyarakat, karena apalah arti konsep tanpa implementasi. Kurangnya kegiatan sosial juga berpotensi menimbulkan sifat individualistik yang sangat bertentangan dengan semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat indonesia. Selain itu ketika masyrakat kurang disuguhkan program-program sosial dalam rangka pemberdayaan, akan ada kecenderungan untuk masyarakat menghabiskan waktunya di rumah dengan menonton TV dan lama kelaamaan gejala anti sosial akan muncul karena ada kecenderungan lebih percaya apapun yang di katakan media tanpa mau mencoba turun melihat bagaiman gejala sosial di masyarakat yang sesungguhnya.
Dalam hal ini kita bisa belajar dari Perang antara Amerika Serikat dengan Spanyol pada tahun 1898, merupakan kejadian yang didorong oleh koran yang diterbitkan oleh William Randolph Hearst. Koran tersebut memberitakan tenggelamnya kapal perang Amerika Serikat yang bernama Maine, di Havana Harbor merupakan ulah tentara Spanyol dengan sangat besar dan terkesan berlebihan, sehingga perang pun tidak dapat terhindarkan (Selanjutnya ditemukan bahwa tenggelamnya kapal perang Amerika Serikat tersebut bukanlah karena serangan tentara Spanyol).
Dari contoh di atas dapat dilihat begitu kuatnya media dalam mendorong perubahan pikiran manusia, dengan dampak dan proses yang begitu hebat sepeti jarum suntik (hypodermic) maupun peluru yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Contoh yang lebih jelas lagi ialah pidato yang dilakukan oleh pemimpin Nazi, Adolf Hitler, melalui radio publik, yang akhirnya menjadi faktor vital memulai Holocaust di Perang Dunia Ke II. Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana persuasi yang datang dari media memegang peran penting dalam, mengubah cara manusia berpikir, bertindak, maupun berperilaku. Maka sangatlah tepat jika solusi dari adanya dampak negatif media haruslah dimulai oleh pemuda, karena selain memiliki idealisme yang tinggi, pemuda sebagai penerus pembangunan bangsa tentunya memiliki harapan besar dari masyarakat untuk memulai melakukan perubahan. Perubahan ini bisa di mulai dari hal-hal kecil seperti mebudayakan baca buku dan mengadakan program-program sosial yang mampu mengatasi permasalahan di masyarakat. Sehingga permasalahan seperti masyarakat yang anti sosial ataupun yang gaya hidupnya berlebihan, akan mampu tereduksi. Hal ini akan sejalan dengan pesan dari Presiden pertama kita Soekarno yang dalam perbandingannya menyatakan bahwa, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Dari perbandingan tersebut dirasa bisa menjadi motivasi pemuda untuk memulai langkahnya melakukan perubahan guna mengatasi gaya hidup yang berlebihan dan anti sosial di masyarakat lewat aksinya.
7 wicara:
!Siap... !chik sudah siap" diujung menanti chak dan bergerak...... :$
Hahahha...
logistik urusanya chik...
chak apa kata chik... hehehhe
Sek ta... lgek totok kost iki...
tak adus dilek be'e iso maleh...
Hmm
Apa ya, tulisan ini inspirasi banget. Satu kata : kereeen
Posting Komentar