data-ad-format="auto"

DUA MUSIM

Oleh: Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya



Sastra dua musim kita kian samar.
Terpelanting dari perbincangan zaman.
Tidak ada lagi seloka tentang bintang dan hujan,
Punah sudah pupuh akan angin dan garangnya kemarau.
Sebagian pergi mengikuti tuan nya ke liang lahat,
yang lain meringkuk di sudut sudut pustaka tua.
Pudar dari panggung atau mimbar.
Teronggok ringsek tanpa museum.

Sastra dua musim, meninggal tanpa nisan.

Dan aku si Peziarah sunyi, sendiri merenda aksara.

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE