data-ad-format="auto"

DEMI UFUK DAN PETANG

Oleh: Achluddin Ibnu Rochim
FISIP Untag Surabaya



Demi ufuk timur yang selalu melahirkan matahari.
Maafkan, Subuhmu kuabaikan tadi.
Teramat sakit pagimu menyapaku:
"Aku tidak jadi kembali hari ini."

Demi petang yang gelisah tatkala dijemput malam
Relakan, jika kubunuh hantu waktu.
Sungguh keji senjamu ulang menawarku:
"Entah kapan aku berani pamit?"

Apakah sebaiknya aku lepaskan saja
angin yang lewat tanpa permisi.
Melintasi zaman kita yang merangkak pelan.
tapi, katamu lagi, "aku tak mau diburu waktu."

Baiklah, biar aku jagai lagi malam
yang tak lagi menawarkan apa

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE