data-ad-format="auto"

TERIMA KASIH GURUKU...

Oleh : Andia Hayuning Jagadnira Bentang Pakerti
SMPN 19 Surabaya



Ojo protes iki latihan yoo....
Iki masih belajaran...




Di pagi itu, pria itu diam di tengah kerumunan orang-orang berbaju hitam. Seiringnya waktu berjalan, hujan terus membasahi muka bumi mengiringi kepergian seseorang yang ia sayangi.
Pelan-pelan hujan itu turun semakin deras seakan-akan hendak menutupi suara-suara tangisan di tempat itu. Mendengar suara rintikan hujan yang semakin deras ditambah dengan tangisan orang-orang di sekelilingnya, pria itu yang tadinya diam, di bawah payungnya, kini meneteskan air matanya seperti anak kecil. Pria yang memiliki status sebagai orang besar yang dikenal berwibawa, kini sedang menangis menghantar kepergian seseorang yang ia sayangi, yang tak lain adalah gurunya semasa dia masih duduk di bangku SMA. Orang penting yang kehadirannya berpengaruh besar dalam hidupnya, orang yang memberi dorongan dan keyakinan kepadanya hingga bisa sukses menjadi seorang Menteri seperti sekarang ini, tadi malam, dikabarkan telah meninggalkan dunia.
Satu persatu orang-orang berbaju hitam di sekitarnya meninggalkan tempat itu. Sudah saatnya ‘orang-orang dewasa’ tersebut berjalan melakukan aktifitas mereka, kecuali pria itu. Ia tetap berdiri di tempat itu. Berbeda dengan tadi, kini pria itu menutup payungnya dengan sengaja seperti ia menyembunyikan air matanya dengan air hujan yang membasahi mukanya, ia tidak ingin gurunya melihat ia menangis. Ia juga sudah tidak peduli terhadap aktifitasnya sebagai ‘orang dewasa’. Hari ini, ia lebih memilih merenung dan mengingat kembali masa-masa remajanya, masa-masa dimana ia terlihat tidak akan mungkin bisa menjadi sukses seperti yang sekarang. Pria itu memejamkan matanya pelan-pelan, memanggil kembali memori-memorinya pada masa SMA.
Di sana, ia melihat relfeksi masa lalunya, seorang anak laki-laki paruh baya dengan atribut seragam yang tidak lengkap, sedang tidur di kelas. Tak lama setelah itu, terlihat seorang guru perempuan berjalan mendekatinya. Dengan pelan-pelan, guru tersebut menampar sedikit pipinya dengan buku tipis di tangannya yang kemudian hal itu membuat anak laki-laki itu terbangun. Pria itu ingat jelas rasanya ditampar oleh guru itu karena tertidur di kelas. Tidak sakit sama sekali. Seperti ia tahu bahwa guru tersebut sengaja menamparnya tidak keras. Ia tahu guru itu peduli kepadanya. Bahkan, setelah jam pelajaran selesai, guru itu mengulang kembali materi yang ia sampaikan seakan-akan tidak ingin anak laki-laki tadi tertinggal pelajaran karena tertidur di kelas.
Ia juga ingat, ketika ia membuat guru itu terkejut karena ia memasuki kelas dengan wajah babak belur akibat berkelahi. Anak laki-laki itu berpikir, “pasti akan dimarahi”. Namun, dengan wajah tersenyum lembut, seakan-akan bisa membaca pikiran anak laki-laki tersebut, kata-kata yang pertama kali keluar dari guru itu adalah, “ke UKS dulu, ya.”
Ia mengingat banyak kesusahan dan kesedihan dalam semasa ia bersekolah, namun selalu saja ada gurunya yang berada di sampingnya. Di balik kesuksesan seseorang, pasti ada orang penting yang berpengaruh besar dalam hidupnya yang mendorong ia untuk menjadi sukses, termasuk seorang guru. Ia tahu bahwa di samping mengajar kita untuk menulis, berhitung dan membaca, guru juga mengajarkan kita untuk berjuang dan tidak menyerah dalam menggapai impian. Hal itu membuat pria tersebut sadar dan kembali dalam realita bahwa kini ia telah dewasa, sudah saatnya untuk mengejar kembali mimpinya. Sambil berjalan meninggalkan tempat itu, pria itu berkata, “terima kasih guruku.”

0 wicara:

 

ANDA PENGUNJUNG YANG KE

IKLAN

TRANSLATE